Kamis, 17 Oktober 2019

Rest In Peace Sulli a.k.a Choi Jin Ri


Selamat jalan uri Princess, Sulli.
You did well, Eonnie!

Sulli atau yang memiliki nama lengkap Choi Jin Ri merupakan salah seorang aktris cilik yang berevolusi menjadi gadis cantik serta bisa bermain peran dengan hebat dan seorang penyanyi yang energik, ceria dan penuh semangat. Bernaung di salah satu agensi terbesar SM Entertain, Sulli mengakhiri kehidupannya setelah bertahan menjalani kehidupannya yang penuh dengan cibiran dari netizen.

4 hari udah berlalu dari beredarnya berita mengenai kepergiaan Sulli Eonnie dan sampai detik ini pun gue masih menolak untuk percaya. Gue bukan fans f(x) tapi gue tahu mereka. Gue suka semua artis SME apalagi yang generasi pertama dan kedua. Generasi yang membuat gue mengenal lebih banyak pengalaman hanya karena gue suka sama mereka. Bagi gue, mereka healing.

Sebegitu hebatnya pengaruh mereka dalam hidup gue sampai gue menyebut mereka healing. Iya, semenjak gue memutuskan untuk hanya sekedar suka, sesekali gue masih memperhatikan mereka dari jauh. Bagaimana kehidupan mereka yang secara perlahan mulai berubah dratis. Bagaimana mereka yang gue kenal dengan cerianya mereka, satu persatu mulai tumbuh menjadi sosok dewasa yang ingin menunjukkan diri mereka. Bagaimana mereka menemani pertumbuhan gue juga.

Hari di mana Sulli Eonnie memilih untuk mengakhiri hidupnya, gue cuman berpikir begini, "Ah, dunia kpop gue udah nggak seindah dulu lagi". Gue yang mengikutinya hampir 7 tahun lamanya dan gue menyadari banyak perkembangan yang terjadi. Dan gue sampai ditahap ini. Gue menyuarakan itu pada teman seperkpopan gue sejak awal dan dia pun mengatakan iya walau tak sepenuhnya. Sedih rasanya harus berada di posisi ini.

Kalau ada yang bertanya apa sih bedanya jadi Kpop Fans dulu dan Kpop Fans sekarang, jawaban gue beda...banget. Sebeda itu sampai rasanya gue mau murka lihat mereka yang semena-mena mengatur kehidupan idolnya. I mean, kalian pernah mikir nggak tentang perjuangan mereka untuk sampai ke puncak ini? Itu semua ga seinstan yang kalian pikir. Generasi sebelumnya lebih menghargai idolnya untuk melakukan apapun. Mungkin memang akan ada haters tapi ya hanya sebatas itu. Ucapannya juga ga kayak sampah yang kali ini gue lihat. Cek video The Hate Comments That Made Sulli Dead deh.

Kehidupan idola kalian itu nggak semudah yang kalian pikirkan. Mereka harus hidup dalam kepura-puraan seolah mereka baik-baik aja dibalik rasa sakitnya mereka karena cacian kalian. Mereka hidup dalam topeng mereka untuk bisa membuat kalian senang. Mereka menghibur kalian sementara mereka pun butuh hiburan. Bisa nggak sih kalian itu nggak usah mengurus hal lain yang berhubungan sama kehidupan mereka sendiri. Kalau nggak suka, ya udah pergi dari lingkaran hidup dia. Jangan datang hanya untuk jadi toxic yang pada akhirnya kalian merebut nyawa dia.

Dari postingan gue tentang kematian Jonghyun pun, gue udah bilang ke kalian, mental illness itu bukan sesuatu yang main-main. Orang yang kelihatan normal dan hidup dengan menyembunyikan keadaan mereka lebih berpotensi untuk memilih jalan pintas untuk mati. Apalagi Sulli Eonnie yang sudah mempunyai depresi. Kenapa harus mengulang luka yang sama lagi? Kenapa kalian nggak belajar dari para shawol yang kehilangan idol mereka? Kenapa harus ada kejadian lainnya seperti ini? Kalian dan jari kalian lah yang membuat mereka berada dalam keadaan parah ini. Please, mulai sekarang, hargai idol kalian. Hargai privacy mereka, keputusan mereka dan kemampuan mereka. Kalau memang kamu nggak bisa dukung mereka, lebih baik diam dan menjauh. Tak perlu mengusik hidup mereka dan jadi haters. Apa untungnya sih jadi haters? Dapat apa kalian dari 'membenci orang'?

Perpisahan yang paling menyakitkan adalah kehilangan orang yang kamu sayangi selama-lamanya. Dan jangan sampai karena egoisnya kalian, idol kalian pun akan mengalami hal itu. Bukan gue mendoakan tapi bersikaplah yang bijaksana. Suka mereka seadanya, sayangi mereka secukupnya, hargai mereka apa adanya, dan kalaupun ada yang mau membenci, benci mereka secukupnya. Ga usah sampai melontarkan kalimat sampah, yah. Dunia ini udah buruk, jangan sampai orang-orang baik kayak kalian menjadi buruk hanya karena menjadi seorang haters.

For the last,
Rest in Peace, Eonnie!
You did well!
I love you!

Rabu, 02 Oktober 2019

REVIEW LAGU "Climax" Team B WIN: Who is Next

Annyeonghaseyo, chingeudul!!
Selamat datang di blog ini, silakan nikmati apapun yang gue buat tulus dari hati selama masa-masa pengangguran gue. Buat yang pernah mengunjugi atau nongol di blog ini, terimakasih telah meluangkan waktu untuk membaca celoteh tak penting yang selalu gue lontarkan. Maklum, gue hanya ingin berbagi dengan kalian tentang apa yang menurut gue juga pasti akan membuat kalian tertarik.

Hari ini, gue balik dengan maksud dan tujuan untuk mereview sebuah lagu berjudul "Climax" yang entahh sejak kapan membuat gue selalu candu untuk mendengarnya. Sebenarnya banyak lagu yang ingin gue rekomendasikan sih. Jadi gue harap kalian mau staytune di sini dan nilai apakah yang gue bilang bener atau nggak. Ini tergantung selera sih, tapi untuk yang satu selera sama gue, pasti bakalan suka /ga juga guoblok/

Lagu ini pertama kali diperdengarkan melalui acara survival yang dibuat oleh salah satu agensi terkenal di Korea, YG Entertainment berjudul WIN; Who is Next. Acara ini menjadi awal dari mimpi 11 orang trainee yang berjuang untuk mendapatkan nama sebagai WINNER. 11 orang dibagi menjadi dua kelompok yaitu Team A dan Team B. Dan lagu ini adalah milik Team B. Gue sajiin nih video beserta lirik. (Awas baper! Kalau baper jangan salahi gue.).


LIRIK LAGU "CLIMAX" - TEAM B WIN

Eoje nae kkume nawatji
Deo neulkeojin moseubhagoseon
Nan mot alabwatji
Museoweosseo ige hyeonsil-i dwil geotman gataseo
Ddeo nagi jeon-e pumsok-eseo yaksokhaesseo janha
Jib han chae jieonohgo naega gidarindaet janha
Wae neulkeumyeon neuleotji deo areumdabge neulkeoso
Saram mot alaboge hae jitgucheun uri eomma
Michidorok bogosipeodo mot bwatji naye sarang
Eodi gaseo dangdanghage malhae geudaega naye jarang
Geudae miso damgin sajin nae seulpeum gareuneun kalnal
Majungna galke jeil ganjeolhan sarama

Namgyeojyeotdeon nae baljagukdeuli
Oneul bam naege dagaogil
Dalryeo-oni sungan kkeut-e
No limit gon touch the sky
Kkumkweo watdeon nareul wihae
Oneul bameneun throw it away
Dalryeo-oni sungan kkeut-e
No limit gon touch the sky
No limit gon touch the sky
touch the sky
touch the sky

Cheongchuneul bachyeoseo maenbalro dalryeowatdeon samnyeon uh
Gajukgwa chingudeulgwaye musimhan annyeong uh
Naeli neul bulanhaetdeon harureul salmnyeonseo
Nal mideura malhaetji kkok seonggong hagetdamyeo uh
Honjaga anin daseot myeongye insaengeul
Eokke-e da jireojigo chajadanyeotji gihwireul
Beotil subaekk-e eobseosseo manheun budamgwa silddaereul
Ijeneun bicheul bogopaseo geoleotji miraereul uh
Sini naege oleotji neo huhwi anagetnyago
Mangseolim eobsi daedabhae wae huhwihagetnyago
I mudae dwi-e namneun geon ama seonggong animyeon nag-o
Mudeungeol geoleotgo daeumeun eobseo
Namdareul subaekk-e obneun nae gak-o

Jigeumi naye majimak iraedo nan
Noraehae huhwi eobge nan noraehae norae
Yeah, we flyin' oneul bam
flyin' oneul bam flyin' oneul bam flyin'

Namgyeojyeotdeon nae baljagukdeuli
Oneul bam naege dagaogil
Dalryeo-oni sungan kkeut-e
No limit gon touch the sky
Kkumkweo watdeon nareul wihae
Oneul bameneun throw it away
Dalryeo-oni sungan kkeut-e
No limit gon touch the sky
No limit gon touch the sky
touch the sky
touch the sky

Seuchyeo gatdeon sigan sok-e
Gieokdeuli noraega dwi-eo
I sungan-en da
Touch the sky


Bagaimana, guys? Sedih, nggak?

Awal gue mendengar lagu ini sebenarnya udah lama banget. Sejak gue terjebak di salah satu mobil teman gue dan diperkenalkan dengan kelompok ini. Gue semakin suka dan jadi kecanduan untuk lihat tingkah mereka. Jujur, gue belum setertarik itu untuk lanjut ke tahap paling dalam, yaitu menonton video mereka. Lalu gue mulai penasaran sama liriknya sampai akhirnya gue ketemu sama video itu.

Hal yang pertama gue pikirkan adalah "Mereka sudah melakukan hal yang baik hingga saat ini" karena lirik terjemahan yang terbubuh di sana. Gue menikmati lagunya, mendalami setiap lirik terjemahan dan begitu bangga dengan hal tersebut. Sampai akhirnya, gue mendengarkan dan melihat rap B.I a.k.a Kim Hanbin dengan penuh konsentrasi. Kalian tahu? Sejak itu gue merasa bahwa ini yang disebut lagu bernyawa. Mereka dan setiap nada yang mereka ciptakan, mereka dan setiap lirik yang menggambarkan isi hati mereka, mereka dan setiap polesan makna yang ingin mereka sampaikan pada orang lain, tentang mereka dan keadaan mereka sesungguhnya. Ah, lebih tepatnya isi hati B.I sih. Gue tanpa sadar menitikkan air mata untuk pertama kalinya saat mendengarkan lagu /gue penganut paham dan mengerti lirik, tak pernah merasa sesedih ini. Sampai saat itu, gue memutuskan untuk ke kamar mandi karena harus menyembunyikan muka nangis gue ke keluarga gue. Bukan apa-apa, gue takut dibilang berlebihan. Hehehe...

Selain itu, gue suka dengan nada yang dibuat. Kayak mudah aja gitu masuk ke telinga. Seolah, yaelah kecantol banget gue. Lagunya easy listening sih. Kalau ga tahu maknanya sih bisa ngira ini lagu have fun aja tanpa tahu kalau sebenarnya lagu ini bercerita tentang enam orang yang ingin meraih mimpi tanpa mengenal batas apapun, mereka sudah berjuang dan kalau pun mereka gagal, mereka ga akan menyerah sama mimpi itu. Mereka tetap berusaha untuk jalan bersama sampai ada akhirnya. Iya, sedalam itu, makanya gue juga sesuka itu sama lagunya. Mereka membuat gue berani kembali bermimpi. Kesannya kayak, kalau gagal dan lo nyerah artinya itu bukan mimpi lo. Itu hanya sebatas ingin aja.

Intinya kalian patut mendengarkannya. Motivasi untuk semua orang agar semangat untuk meraih mimpi masing-masing.

Sabtu, 21 September 2019

REVIEW Drama Korea "Moment At Eighteen"

Halo semua!
Sesuai janji seperti minggu lalu yang udah gue bilang, gue bakalan mencoba untuk lebih rajin lagi mengisi blog ini biar nggak jadi sarang laba-laba ya. Hahaha...

Sesungguhnya isi hati gue nggak mencapai tahap baik-baik aja, tapi rasanya gue lebih milih untuk menulis dan mereview drama daripada gue galau untuk hal yang menurut gue nggak penting. Karena kalau gue malah egois, gue bakalan capek sendiri dan gue ga mau merasa capek /lah jadi curhat/ Hahaha..

Oke, balik ke topik.

Nah, gini temen-temen, gue punya rencana buat review drama on-going (Buat orang yang suka nonton on-going, mungkin ini bisa jadi rujukan, tapi nggak sepenuhnya) karena ternyata kalau mau review drama yang udah selesai dan masih pada tahun 2019, rasanya kok ya ndak enak. Gue mau review drama yang sejak awal menarik perhatian gue deh dan sedang on-going (masih rencana, teman-teman, jangan percaya sama omongan gue). Dan kali ini, gue mau bahas salah satu drama korea yang baru aja habis beberapa minggu yang lalu /maksudnya tamat, wkwkkw/ yang berjudul "At Eighteen". Check this out~

Moment at Eighteen


Detail K-Drama Moment at Eigtheen

Judul : Moment at Eighteen
Genre : Drama, Romance
Episode : 16
Sutradara : Sim Na-Yeon
Penulis Naskah : Yoon Kyung-Ah
Ditayangkan pada 22 Juli 2019, setiap hari Senin dan Selasa pukul 21.30 KST

Sinopsis Drama Moment at Eighteen
Drama ini berpusat pada orang-orang muda yang berusia 18 tahun, mulai dari kisah pertemanan, persahabatan dan cinta. Choi Joon-Woo yang diperankan oleh Ong Seong-Wu berusia 18 tahun dan dia telah terbiasa kesepian. Dia tidak pandai mengekspresikan emosinya, tetapi dia memiliki sisi imut.

Dia pindah ke sekolah baru tempat dia bertemu Yoo Soo-Bin yang diperankan oleh Kim Hyang-Gi. Dia adalah murid top, tetapi hidupnya dikendalikan oleh ibunya. Yoo Soo-Bin bermimpi menjadi mandiri. Setelah bertemu Choi Joon-Woo, dia mengalami perubahan kecil dalam hidupnya.

Sementara itu, Ma Whi-Young (Shin Seung-Ho) adalah siswa yang tampak sempurna dan lembut, tetapi ia menderita kompleks. Dia bertindak seperti orang yang kuat, tetapi dia benar-benar anak laki-laki berusia 18 tahun yang pemalu. Setelah Choi Joon-Woo pindah ke sekolahnya, hidupnya mulai berubah.

Daftar Pemain Moment at Eighteen
Ong Sung Woo as Choi Joon Woo
Kim Hyang Gi as Yoo Soo Bin
Shin Seung Ho as Ma Wi Young
Kang Ki Young as Oh Han Kyul
Shim Yi Young as Lee Yeon Woo
Kim Sun Young as Soo Bin's Mother
Park Sung Geun as vice-principal
Sung Ki Yoon as Wi Young's father
Jung Young Joo as Wi Young's mother
Choi  Dae Hoon as mathematics lecturer
Kim Ka Hee as Moon Chan Yul
Yoo In Soo as Yoo Pil Sang
Moon Joo Yun as Yoon So Ye
Han Sung Mi as Hwang Ro Mi
Moon Bin as Jung Oh Je
Kim Do Wan as Jo Sang Hoon
Lee Seung Il as Joo Hyun Jang

Bagi gue, nonton drama ini kayak nonton mimpi gue secara langsung. Iya, bayangi dulu waktu semasa gue masih disebut bayik sama temen-temen gue, gue pernah bermimpi akan menjalani masa indah pacaran saat umur 18 tahun. Kenalan sama cinta pertama, berteman baik dan dia tahu siapa orang yang mempunyai nama sepanjang rel kereta api. Dan gue merasa bersyukur.

Untuk gue sendiri, drama ini ga buat gue muntah sih. Kadarnya masih normal sih bahkan biasa aja tapi tetep bisa buat kita senyum-senyum. Bukan hanya masalah percintaan yang pelik, masalah persahabatan pun begitu. Karena sesungguhnya ketika umur 18 tahun, kita mulai belajar untuk mendapatkan semuanya. Rasa pada lawan jenis, menghargai sahabatmu, mulai percaya pada orang lain, menggantungkan harapan pada mimpimu dan banyak hal lainnya. Sayangnya, ga semua orang melalui masa-masa 18 tahun itu dengan baik. Sama dengan drama ini. Banyak hal yang ga sesuai sama ekspektasi terjadi saat itu memulai usia menuju dewasa. Kita belajar untuk memahami orang lain, dianggap sudah bisa mandiri dan banyak hal lainnya.

Gue suka semua ceritanya. Seolah ia pintar untuk mengaitkan satu sama lainnya. Apalagi ada plot twist yang sengaja sepertinya dibuat di sana. Kayak, sebenarnya orang akan mengira bahwa Oh Je itu sukanya sama Ro Mi padahal nyatanya? (Nyes hati adek, bang waktu tahu kalau abang begitu :(((). Tapi balik lagi, ga ada drama yang bener-bener sempurna di dunia ini. Pasti ada aja yang mengganjal ke permukaan, seperti :
1. Setelah masa-masa sulit yang menimpa si Wi Young, orang tua nya ke mana? I mean, masa orang tuanya ndak ditunjukkan akhirnya begimana? Ya kali hanya si Wi Young aja yang kena getah dari semua perbuatan orang tua nya?
2. Kejelasan tentang hubungan orang tua nya Soo Bin itu ya apa? Jadi cerai kan ya? Gue harap si iya.
3. Alasan kenapa orang tua Joon Woo cerai apa? Gue kelewatan kah? Atau gimana?

Selebihnya gue masih bisa menerima dengan lapang dada semua kondisi dan situasi dari drama itu, termasuk hubungan Kwon Da Heen dan Jung Oh Je. Kenapa sih Oh Je harus gay? Padahal mereka cocok. Eww~

Sekian~
Sampai jumpa lagi~

Sabtu, 14 September 2019

REVIEW Drama Korea "Doctor John"

Annyeonghaseyo!!
I'm back, chingu-yaaa.

Setelah berhibenarnasi selama berbulan-bulan dan menghabiskan masa kesepian gue hanya dengan mengerjakan skripsi dan tugas negara, akhirnya gue bebas. Hari ini dan seterusnya (jika malas tidak menghalangi) gue akan mulai mikir untuk mengisi blog ini lagi. Bukan dengan sampah tapi dengan review-review an ndak penting yang sebenarnya ga ada faedahnya.

Check this yo!!


Sinopsis Drama Doctor John :
Drama korea "Doctor John" menceritakan tentang kehidupan medis yang berpusat pada sosok dokter dan juga obat pereda nyeri. Cha Yo-Han yang diperankan oleh Ji Sung adalah seorang dokter jenius dan profesor anestesiologi dan manajemen nyeri termuda.

Dia terlihat sombong, tapi dia jenius dalam pekerjaannya. Kang Si- Young (Lee Se-Young) juga seorang dokter anestesiologi yang bekerja dengan Cha Yo-Han. Ia cerdas, hangat, dan mendengarkan dengan cermat pasiennya. Seorang siswa top di sekolah kedokteran dan ibunya juga seorang dokter.

Orang-orang, dengan rasa sakit akut atau kronis misterius datang ke ruamh sakit. Di sana, Cha Yo-Han dan Kang Si Young mencoba mencari penyebab rasa sakit mereka.

Detail K-Drama Doctor John
Judul : Doctor John / Dagteolum
Genre : Drama, Medical
Episodes : 32
Sutradara : Jo Soo-Won
Penulis Naskah : Jo Soo-Won
Stasiun Channel : SBS
Di tanyangkan pada 19 Juli 2019, setiap hari Jumat dan Sabtu Pukul 22.00 KST

Daftar Pemain Doctor John :
Ji Sung as Cha Yo Han
Lee Se Young as Kang Si Young
Oh Seung Hyun as Min Joo Kyung
Lee Kyu Hyung as Son Suk Ki
Hwang Hee as Lee Yoo Joon
Kim Hye Eun as Tae Kyung
Shin Dong Mi as Chae Eun Jung
Jeon Noh Min as Kang Yi Soo
Uhm Hyo Sup as Kang Yi Moon
Jung In Ki as Jung Nam
Kwon Hwa Woon as Heo Joon
Jung Min Ah as Kang Mi Rae
Oh Won Joong as Kim Won Hee
Son San as Nurse Hong
Lee Yoo Mi as Nurse Na


Sebenarnya gue nggak terlalu suka sih dengan genre drama dan medical. Karena drama sebelum-sebelumnya kelihatan membosankan. Padahal beberapa drama medical itu bagi gue seru. Dan alasan gue tertarik untuk mengikuti drama ini sejak dia tayang perdana di korea adalah karena pemainnya. Sesungguhnya gue bukan termasuk orang yang akan melihat pemainnya dulu baru merasa tertarik untuk menonton, gue hanya melihat sinopsisnya lalu teasernya and then, gue nonton. (Balik lagi), ini karena genrenya begini makanya gue memilih untuk nggak dengan segera menjudge dong.

Entah gue suka sama Ajjushi Ji Sung atau memang karena aurora Beliau kuat banget, awal gue nonton teasernya, gue langsung exicted banget. Kayak apa ya? Wah, Beliau main lagi dong. Setelah drama terakhirnya yang gue tonton -Kill Me, Heal Me-, gue merasa ada dorongan kuat untuk menonton drama ini. Iya, Kill Me Heal Me adalah drama terakhir Beliau yang gue tonton karena Defendant tidak gue tonton dari awal.

Setelah alasan tak pasti itu, gue mulai nonton.

Pembukaan episode dimulai dengan kehidupan di penjara. Bagaimana dia menjalani kehidupan di penjara dan kerjaannya selama di penjara hingga akhirnya dia bertemu dengan dokter penjaga baru yang merupakan keponakan dari kepala penjara. Ga terlalu membosankan karena konflik yang diangkat dalam penjara juga lumayan menguras emosi. Gue suka ketika dia menjadi orang yang sangat misterius di sana. Dia dan kehidupannya yang selalu disalahpahami sama orang lain. Ada hal yang menarik perhatian, tentang dia yang sebenarnya CIPA. Gue merasa terkejut saat tahu bahwa Dokter Cha adalah pasien CIPA. Dan setelah dia membawa si pasien Gi Seok ke dalam ruangannya, gue baru ngeh kalau dia juga CIPA karena orang tuanya juga CIPA. Detik-detik itu juga, gue merasa bahwa drama ini plot twist banget. Segala printilan teka-teki dibuat semenarik mungkin. Tentang mengapa dia malpraktek, kenapa Si Young begitu ingin menghilang dan kondisi pemain lainnya.

Menariknya, gue pikir Dokter Lee ini suka sama Si Yong ternyata eh ternyata dia justru sukanya sama Mi Rae, adiknya Si Yong. Proporsi yang pas ketika kebetulan si Yo Han juga suka sama Si Yong. Klise tapi ga seklise biasanya. Kayak cinta seberapa gitu. Ternyata proporsinya pas dengan keadaan masing-masing.

Walaupun gue merasa suka-suka aja dengan drama satu ini, tetap ada beberapa yang mengganjal.
1. Kenapa Si Yong dikatakan malpraktek? Kondisinya gue belum dapat sama sekali. Bahkan terlalu abu-abu. Atau gue yang melewatkan sesuatu? Apa karena ayahnya? Tapikan Ayahnya tuh emang kondisinya udah parah. Dan posisinya mereka tidak membicarakan ayahnya, kan saat itu?
2. Endingnya yang sedikit membuat gue bingung dan 'Ha? Begini doang?'. Ya, bersyukur karena penelitian si Yo Han akhirnya kelar dan dia bisa membantu pasien CIPA (btw, ini juga nggak terlalu dijelaskan dan gue beneran bingung), tapi kenapa endingnya begitu. Ya, begitu. Hahahahha...
3. Hubungan Kang Mi Rae dan Lee Yoo Joon ini gimana? Cincin tuh maksudnya apa? Tunangan atau dah nikah? Hayo...
Dan beberapa lainnya.

Tapi tetap sih, gue rekomendasi buat kalian untuk tonton drama ini. Ternyata genrenya harus ditambahi tuh, bukan hanya drama dan medical tapi romance juga. Romancenya tuh nggak yang mengarah pada pasangan, tapi tentang keluarga, persahabatan, persaudaraan itu tuh dapet banget. Gue merasa belajar banyak hal. Dan nggak semua dalam cerita ini isinya bawang merah ya. Mungkin kebanyakan bawang merah karena genrenya beneran drama wkwk

Wajib nonton gais, apalagi ada Ji Sung Ajjushinya. Pasti nggak nyesel. Yey...

Jumat, 19 April 2019

Review Film Indonesia "Dancing in the Rain"



Sutradara                   : Rudi Aryanto
Produser                    : Sukhdev Singh dan Wicky V. Olindo
Penulis                       : Sukhdev Singh; Tisa TS
Perusahaan Produksi : Screenplay Films; Legacy Pictures
Tanggal Rilis             : 18 Oktober 2018
Pemeran                    :
Dimas Anggara as Banyu
Gilang Olivier as Banyu kecil
Bunga Zainal as Kinara
Greesella Adhalia as Kinara kecil
Deva Mahenra as Radin
Joshue Rundengan as Radin kecil
Christine Hakim as Eyang Uti
Niniek L. Karim as Eyang Widya
Djenar Maesa Ayu as Katrin
Dolly Martin as Ayah Kinara
Keke Soeryo as Ibu Kinara
Qory Sandioriva as Ibu Guru Banyu
Ayu Dyah Pasha as Psikolog

Sinopsis :
Eyang Uti memiliki cucu yang sangat disayanginya yang bernama Banyu. Sejak kecil Banyu dititipkan padanya karena kedua orang tuanya tak mampu mengurusnya. Saat Banyu memasuki usia sekolah, Eyang Uti dihadapkan pada kenyataan bahwa Banyu mengidap spectrum autis dan menyebabkan Banyu sulit berinteraksi dengan lingkungannya.

Kemudian muncul Radin, anak baru di komplek yang selalu membela Banyu saat di-bully. Dan setelah itu kehadiran Kinara membuat indahnya persahabatan mereka semakin lengkap. Hingga dewasa, ketiganya tetap bersahabat, benih cinta tumbuh antara Radin dan Kinara.

Masalah mulai hadir ketika Mama Radit, yang tak menyukai putranya berteman dengan Banyu, suatu ketika berhasil menfitnah Banyu, seolah Banyu mencelakakannya. Radin yang salah paham menjadi sangat marah dan meninggalkan Banyu.

Review :
Dancing in the Rain merupakan film Indonesia dengan genre drama yang disutradarai oleh Rudi Aryanto mengangkat cerita bertemakan psikologi. Film ini cocok untuk siapapun yang merasa bahwa menjadi cacat itu salah. Atau bagi orang yang memandang bahwa spectrum autis itu buruk. Sementara nyatanya bukan seperti itu. Selain itu, Film ini mengajarkan orang untuk sadar akan keadaan yang terjadi di masalahnya.

Awal pembukaan Film dimulai dari Eyang Uti yang memutuskan untuk merawat cucunya sendiri dikarenakan kedua orang tua nya yang tidak ingin merawat anaknya. Eyang Uti yang pada akhirnya mengetahui bahwa cucu satu-satunya memiliki kelainan mental berkat observasi yang dilakukan oleh guru cucunya yang bernama Banyu.

Banyu punya kebiasaan yang terus dilakukan secara berulang-ulang kali tanpa melewatkan satu hal pun itu merupakan ciri dari spectrum autis. Untung saja, Eyang Uti segera mengetahuinya sehingga bisa mengantisipasinya. Walaupun begitu, Eyang Uti tetap mengajarkan Banyu layaknya manusia normal lainnya. Ia diijinkan untuk berkeliaran dan mencari teman di luar rumah.

Hal ini tentu tidak berjalan mulus. Banyu sering diolok-olok oleh teman-temannya. Pernah sekali Banyu mencoba untuk bermain di luar rumah. Kelompok anak-anak yang bermain sepak bola merasa diabaikan sewaktu bola milik mereka ada di hadapan Banyu. Sekelompok anak-anak tersebut lalu mengganggu Banyu dan mengakibatkan pertengkaran. Untung ada Radit yang membela Banyu. Hingga akhirnya mereka berteman baik. Ah, ada sosok Kirana yang kian menyempurnakan persahabatan mereka.

Sebenarnya, cerita ini termasuk konten yang ringan. Nggak ada hal berat yang diangkat selain mungkin bagaimana pandangan tentang orang yang memiliki cacat. Selain itu, sejujurnya para pemain dalam film ini juga sukses dalam mendalami karakter mereka. Seperti Dimas Anggara dan Gilang Olivier yang sesungguhnya untuk memerankan seorang anak yang autis tidak lah mudah. Kehadiran sosok Joshue Rundengan dan Deva Mahendra juga menambah bumbu cerita ini. Mereka mengajarkan untuk tidak sepele dengan orang yang cacat mental atau tidak memandang mereka sebelah mata. Hal ini yang jarang bisa diterima oleh masyarakat. Jangankan masyarakat, bahkan keluarga sendiri pun lebih sering untuk mengabaikan mereka daripada mendukung mereka dan memanusiakan mereka.

Bertemakan keluarga dan persahabatan dan menggambarkan bagaimana pengorbanan dari orang yang kita anggap tidak pantas untuk berteman dengan kita adalah inti dari segala ceritanya. Tidak heran jika film ini patut untuk direkomendasikan. Jika ditanya nilai, secara pribadi gue memberik 8/10. Gue merasa segalanya sudah pas.

Cocok untuk kalian yang memang sangat mencintai film Indonesia bertemakan keluarga.

See you soon, guys!

Jumat, 05 April 2019

Artikel "Pentingnya Kesehatan Mental"



Saat ini, masyarakat sudah tidak merasa asing lagi dengan istilah kesehatan mental. Bahkan bisa dikatakan bahwa mereka sudah mulai sadar akan pentingnya kesehatan mental tersebut. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya peringatan Hari Kesehatan Mental Dunia yang dibuat oleh World Federation for Mental Health yang jatuh pada tanggal 10 Oktober. Tujuannya agar masyarakat menaruh perhatian lebih terhadap masalah kesehatan mental dan dampaknya terhadap kehidupan kita sehari-hari (Sugiyanto, 2011). Kesehatan mental ialah kondisi psikologis di mana individu menyadari kemampuannya, mampu menghadapi stres dan menyelesaikan dengan cara positif, mampu bekerja produktif dan efisien dan mampu memberikan kontribusi terhadap lingkungan di mana ia berada (World Health Organizatioin dalam Herman & Llopls, 2005).

Setiap tahunnya, Hari Kesehatan Mental Dunia diperingati namun dengan teman yang berbeda-beda. Pada tahun 2018, World Federation for Mental Health mengusung tema “Young People and Mental Health in A Changing World” yang artinya diharapkan tumbuh generasi baru yang bahagia, tangguh dan sehat mental dalam menghadapi perubahan dunia ini. Ini penting untuk dilakukan karena melihat perubahan yang terjadi saat ini maka besar kemungkinan generasi penerus bangsa akan semakin dihadapkan pada permasalahan yang lebih kompleks lagi. Tidak hanya dalam keluarga, namun dari berbagai aspek termasuk pendidikan, pekerjaan dan gaya hidup yang dapat memicu terjadinya stress, penggunaan alkohol dan obat-obat terlarang, perilaku seks bebas dan resiko lainnya. Kesehatan mental generasi muda akan mencerminkan kesehatan dan masa depan bangsa (Ikatan Psikologi Klinis Indonesia, 2018).

Mengapa kesehatan mental itu menjadi penting? Karena hal ini merupakan bagian integral dari kesehatan. Sesempurna apapun fisik yang dimiliki, bila jiwa kurang sehat, maka kualitas hidup seseorang akan berkurang. Orang dengan mental yang sehat dikatakan dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, bisa mempercayao orang lain serta merasa senang menjadi bagian dari kelompok tersebut.Menurut Schneiders dalam Semiun (2006), ada sembilan kriteria orang yang sehat mental, yaitu: efisiensi mental, pengendalian dan integrasi antara pikiran dan perilaku, integrasi motif-motif serta pengendalian konflik dan frustasi, perasaan dan emosi yang positif juga sehat, ketenangan dan kedamaian pikiran, sikap yang sehat, konsep diri (self concept) yang sehat, identitas ego yang adekuat, serta memiliki hubungan yang adekuat dengan kenyataan.

Lalu bagaimana cara meningkatkan agar masyarakat memiliki mental yang sehat? Mental Health Council of Australia (MHCA) membagikan 10 tips yang dapat dilakuakn untuk menjaga kesehatan mental (Muhammad, 2012), yaitu :
1.         Rencana hidup. Ada baiknya kita selalu fokus pada tujuan hidup dan tetap tenang dalam menjalani hidup. Sebaiknya terlebih dahulu melakukan perencanaan dengan menuliskan tujuan-tujuan hidup yang baik dan yang ingin dicapai dalam per-hari, per-minggu, per-tahun bahkan dalam jangka panjang sekalipun. Dalam perencanaan ini, tulislah berdasarkan prioritas dan cobalah untuk mencapainya satu per satu. Tapi ingat, sebaiknya apa yang hendak diraih adalah hal yang realistis.
2.         Lakukan diet yang sehat. Diet bukan berarti membatasi apa yang hendak dimakan, tetapi juga memperhatikan apa yang akan dimakan. Ada baiknya makanan yang dipilih memiliki kandungan nutrisi yang sehat. Gizi yang baik tidak hanya baik untuk kesehatan fisik saja tetapi juga untuk kesehatan mental.
3.         Mendengar musik. Walaupun terdengar ringan, namun seringkali orang-orang menganggap bahwa kegiatan ini tidak memiliki makna. Padahal, dengan mendengarkan musik dapat membantu merilekskan dan mengurangi stress terhadap individu. Hal ini bisa dilakukan saat sedang bekerja atau mengerjakan tugas.
4.         Istirahat yang cukup. Kurang tidur dapat meningkatkan stres, perubahan mood, kelelahan dan mengganggu mental seseorang. Jika merasa lelah, sejenak sisihkan waktu untuk beristirahat dan jangan lupa minum air hangat. Sebaiknya, matikan alat elektronik berupa handphone sebelum 30 menit menjelang tidur.
5.         Kurangi ketergantungan. Jika kamu seorang yang candu akan rokok ataupun alkohol, ada baiknya untuk mengurangi. Bahkan lebih baik lagi jika bisa menghentikannya. Karena hal ini akan merusak kesehatan baik fisik maupun mental.
6.         Mematikan alat-alat elektronik. Tidak hanya mengurangi candu terhadap rokok dan alkohol, kamu juga harus mengurangi ketergantungan akan barang-barang elektronik seperti handphone, laptop dan televisi. Setidaknya lakukan ini 5 sampai 10 menit perhari. Sebagai gantinya, kamu bisa berolahraga atau berjalan-jalan keluar.
7.         Bersosialisasi. Adanya media sosial memang memudahkan kita untuk berinteraksi satu sama lagi, tapi komunikasi dengan tatap muka membuat kamu merasa lebih bahagia.
8.         Menjadi orang yang lebih aktif. Bergabunglah dengan komunitas-komunitas yang dapat menjadi saran kamu untuk menyalurkan hobi, kegemaran dan aktifitas-aktifitas positif lainnya. Hal ini juga dapat dianggap sebagai cara untuk menjaga kesehatan mental.
9.         Berolahraga. Walaupun hanya 10 sampai 15 menit, ternyata dengan berolahraga kamu dapat meningkatkan kesehatan kamu baik secara fisik maupun mental. Minimal lari atau bahkan sekedar jalan di sekitaran rumah.
10.      Cari dukungan atau pelayanan. Jangan takut atau malu mendatangi dokter untuk berkonsultasi. Karena setiap manusia memiliki masalah dalam kehidupannya dan mungkin sulit untuk membagikannya dengan orang lain.


Daftar Pustaka
Herman, H., & Jane-Llopls, E. (2005). Mental health promotion in public health. Global Health Promotion, 42.
Ikatan Psikologi Klinis Indonesia. (2018). Hari kesehatan jiwa sedunia 10 Oktober 2018 : Generasi muda yang bahagia, tangguh dan sehat jiwa menghadapi perubahan dunia [Web log post].  https://ipkindonesia.or.id/pernyataan-ipk-indonesia/2018/10/hari-kesehatan-jiwa-sedunia-10-oktober-2018-generasi-muda-yang-bahagia-tangguh-dan-sehat-jiwa-menghadapi-perubahan-dunia-/. Diakses pada 2 Januari 2019.
Muhammad, D. (2012). Sepuluh tips untuk kesehatan mental. https://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/12/10/10/mbors0-sepuluh-tips-untuk-kesehatan-mental. Diakses pada 2 Januari 2019.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sugiyanto. (2011). Selamat hari kesehatan mental se-dunia. Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta.



Selamat membaca. Boleh kunjungi juga yang ada di webnya. Banyak artikel menarik soalnya.
Terima kasih.

Minggu, 24 Maret 2019

Review Drama Korea "Romance is a Bonus Book"


Judul : Romance is a Bonus Book
Judul Sebelumnya : Romance is a Bonus Book / Romance Supplement
Judul Lokal : Romaenseuneun Byulchaekboorok/ 로맨스 는 별책 부록 / Romance Is A Supplement
Genre : Drama, Romance
Episodes : 16 (enam belas)
Sutradara : Lee Jung-Hyo
Penulis Naskah : Jung Hyun-Jung
Stasiun Channel : tvN
Di tayangkan pada : 26 Januari 2019, setiap hari Sabtu dan Minggu pukul 21.00

Lee Jong-Suk berperan sbg Cha Eun-Ho
Lee Na-Young berperan sbg Kang Dan-Yi
Jung Eugene berperan sbg Song Hae-Rin
Wi Ha-Joon berperan sbg Ji Seo-Joon
Kim Tae-Woo berperan sbg Kim Jae-Min
Kim Yu-Mi berperan sbg Ko Yoo-Sun
Kim Sun-Young berperan sbg Seo Young-A
Jo Han-Chul berperan sbg Bong Ji-Hong
Kang Ki-Doong berperan sbg Park Hoon

Park Gyu-Young berperan sbg Oh Ji-Yool


Drama Korea “How To Publish Love” menceritakan tentang Cha Eun-Ho yang diperankan oleh Lee Jong-Suk adalah seorang penulis jenius dan editor kepala termuda yang pernah di perusahaan penerbitannya. Dia pintar dan tampan. Ia bahkan marah di tempat kerja, tetapi ia memiliki hati yang hangat dan kepribadian yang masuk akal.

Kang Dan-Yi diperankan oleh Lee Na-Young dulunya seorang copywriter populer, tapi dia tidak lagi. Dia sekarang bangkrut dan menganggur. Meskipun ia mencoba mencari pekerjaan, karena kariernya yang mengesankan dan latar belakang pendidikannya yang sangat baik, ia tidak dapat menemukan pekerjaan baru.

Akhirnya, Kang Dan-Yi mendapat pekerjaan di perusahaan penerbitan dengan berbohong tentang latar belakangnya. Cha Eun-Ho adalah pemimpin redaksi di perusahaan penerbitan itu. Mereka mulai mengembangkan perasaan romantis satu sama lain.

- REVIEW -

Drama satu ini teman paling enak yang pernah gue nikmati disela-sela gue menulis skripsi. Jadi kalau penat, gue selalu mencari hiburan dengan menonton drama ini.

Jika dibilang drama ini buruk, nggak kok. 8 dari 10 cukup menggambarkan dan menjelaskan betapa drama ini layak tonton dan memberikan dukungan secara tidak langsung buat gue. Bukan karena pemainnya adalah 'Lee Jong-Suk'. Sesungguhnya, gue nggak terlalu suka sama siapapun yang jadi aktor dalam sebuah drama. Hal yang menarik dan membuat gue ingin mencoba untuk menonton ini adalah karena ini membicarakan tentang penerbitan. Gue dari dulu ingin banget kerja di salah satu penerbitan. Ga peduli besar atau kecil. Intinya kantor penerbitan lah.

Yah, walaupun drama ini nggak menampik bahwa ia mudah tertebak. Seperti siapa anak sesungguhnya dari penulis Kang Byeong Jun (Ini kan namanya? Gue lupa), apa hubungannya tanggal lahir si desainer cover Ji Seo-Joon, bagaimana ending hubungan Eun Ho dan Dan Yi, dan siapa orang yang akan dicintai Hae Rin. Sebenarnya semua bisa ditebak hanya dengan sekali lihat. Tapi tetap aja, rasanya gue selalu suka sama hal ini. Mungkin faktor, gue lagi ga ada kerjaan kali ya. Ah, molla.

Apa yang terjadi dalam drama juga sering kita lihat dalam lingkungan kita sehari-hari. Jadi bisa dibilang, kita seperti belajar dari pengalaman mereka supaya kita nggak terjebak situasi yang sama. Selain itu, mungkin karena memang dekat banget sama kehidupan kita, jadi ceritanya terasa ringan dan mudah dipahami.

Gue suka bagian paling akhir.

"Setiap orang punya bukunya masing-masing."

Iya, di dunia ini kita punya buku kita masing-masing. Buku yang patut kita jaga dan bahkan kita buang. Buku yang akan yang kita cintai sepenuh hati bahkan kita bisa membencinya seumur hidup. Buku yang nggak akan bosan untuk kita baca berulang kali sampai bukunya jadi lusuh.

Ah, walaupun ini bicara tentang romance tapi sesekali ada kok yang bicara tentang keluarga. Cerita yang diusung nggak benar-benar fokus sama romance kok. Persahabatan, jatuh bangunnya seseorang dalam berjuang, kesepian karena meninggalkan orang yang dia cintai, perceraian yang terjadi karena perselisihan yang kecil, pertemuan dengan orang yang bisa menerima lu apa adanya. Semuanya. Makanya gue bilang kalau cerita ini dekat sama kehidupan kita sebenarnya.

Alurnya juga nggak bikin pusing. Karena emang gerakannya lurus aja, kecuali dibeberapa scene yang membahas masa lalu Seo Joon. But, overall, 8 dari 10 itu nilai yang sempurna. And, i like this drama.

See you soon. I hope you enjoy this review!

Senin, 11 Maret 2019

AKADEMI SASTRA FANFICTION



Hai, selamat siang semuanya!
Kali ini gue balik nggak bawa review-an.

Gini.
Gue mau memperkenalkan satu komunitas keren untuk kalian yang suka menulis dan baca. Walau gue yakin sih, mungkin sebagian dari kalian tahu dan bahkan ikutan. Tapi sekali lagi, gue pengen ngenalin aja. Kebetulan gue dulu aja pengamat yang kini merasakan sensasi mengikuti komunitas ini.

Let me introduce about akademi sastra fanfiction!!

Akademi Sastra Fanfiction atau yang sering disebut AstraFF merupakan sebuah komunitas menulis aktif yang menggunakan sosial media yaitu Facebook. (Gue yakin kalian semua pasti udah punya facebook). Diciptakan oleh 9 penulis yang tujuan awalnya karena sang founder merasa kesepian bermain RP sendirian. Lalu, dengan rasa sepi ini, dia mengajak teman-temannya yang kebetulan saat itu sedang berada dalam misi membuat cerita fantasi mengenai Edentria, terciptalah AstraFF.

Awalnya AstraFF dikhususkan dalam bidang Fanfiction (fiksi untuk idola) saja. Namun semakin berkembang, sang penerus komunitas ini merasa bahwa mereka-mereka itu (siswa-siswinya) tidak hanya berfokus pada Fanfiction. Sehingga akhirnya AstraFF tidak lagi dikhususkan untuk bidang Fanfcition saja. Astraff menganut sistem akademi atau sekolah yang juga menggunakan sistem model RPG (RolePlaying Game), sehingga dalam mengembangkan bakatnya, penulis merasa asyik dan bahagia.

Ada yang menarik teman!
Di AstraFF kamu nggak hanya bisa belajar menulis, kamu juga bisa membangun hubungan sosial dengan teman-teman, bermain game, curhat, melakukan misi, mengadakan pesta, membuat MOS ala-ala dan banyak hal lainnya yang mungkin kamu akan rasakan kelak.


Latar Belakang ASTRAFF
Ribuan tahun lalu sebuah pulau muncul di tengah-tengah permukaan laut lepas. Sekumpulan Ksatria memutuskan untuk meneliti pulau tersebut hingga didapatkanlah kesimpulan bahwa pulau tersebut aman untuk ditinggali. Akibat dampak debu nuklir perang dunia, pulau tersebut sempat menjadi tempat pengungsian penduduk pulau terdekat dan disebutlah pulau itu dengan nama Edentria. Surga yang damai.

Selang waktu berganti, para Ksatria dari berbagai unsur kekuatan di setiap belahan bumi berkumpul. Mendirikan sebuah kompleks megah dengan pusat sebuah gedung besar yang mereka sebut Akademi Sastra Fanfiction [AstraFF]

Gimana?
Baca lata belakangnya aja udah membuat kalian penasaran nggak?

Tbh, gue sendiri mengikuti page ini udah lama -mungkin sejak gue SMA kali. Dan itu hanya sebagai pengamat loh karena gue belum merasa bisa menulis. Terus gue lihat akunnya lagi vakum. Setahun sampai menjelang 2013, baru kelihatan balik nih komunitas. Gue sendiri mencoba setelah gue mencapai semester ke tiga. Itu pun karena gue iseng. Balik lagi, gue masih belum merasa tulisan gue layak untuk dibaca.

Dan di sini lah gue sekarang. Sebagai seorang siswi yang menghabiskan masa-masa kehidupannya dan terjebak di pulau Edentria bersama makhluk-makhluk aneh tapi ngangenin. Gue nggak bilang semua orang baik. Karena sama dengan dunia nyata, di sana nggak jauh beda. Kalau lo nggak kuat, jangan ikutan. Tapi gue rekomendasi sih. Biasanya kalau gue merekomendasikan sesuatu pasti nggak akan buruk kok. Percaya deh.

Minimal, kalau lo nggak bisa menulis, bacalah tulisan anak-anak di sana. Kasih mereka apresiasi tentang karya mereka. Karena ketika mereka mencoba, pasti sesekali mereka akan jatuh.

Sekian untuk pembukaan AstraFF nya.

Oh ya, kalau penasaran, kuy kunjungi https://web.facebook.com/Akademi-Sastra-Fanfiction-Astraff-348809041891125/?_rdc=1&_rdr

Next week, gue bakalan ajak kalian kenal lebih dalam tentang Astraff dan lainnya.

Happy Reading!

Senin, 18 Februari 2019

REVIEW: Novel "Nonversation" Karya Valerie Patkar


Judul : Nonversation
Pengarang : Valerie Patkar
No ISBN : 978-602-483-293-3
Penerbit : Penerbit Bhuana Ilmu Populer
Penyunting : Ani Nuraini Syahara
Desain : Yanyan Wijaya
Tahun Terbit : 2019
Harga : Rp 98.000,-
Tebal : 339

Deskripsi :
Nonversation, sebuah novel yang menerjemahkan kata 'kehilangan' dari perspektif seorang sahabat, pengagum, anak dan orang tua. Bercertia tentang mereka yang sederhana namun berarti segalanya, Tentang mereka yang punya kesempatan namun tak punya keberanian, dan tentang mereka yang dibutuhkan namun diam-diam juga membutuhkan.

Nonversation adalah cerita sederhana.
Sederhana yang menjadi segalanya.

Tertanda,

Audirga dan Theala

Blur :
Teman, katanya.
Cinta, rasanya.
Pupus, akhirnya.

non.ver.sa.ti.on
n when nothing becomes everything.


Sesederhana gue suka dengan buku dan segala isi ceritanya, sesederhana itu pula seseorang mengenalkan gue dengan Nonversation. Ini bukan kali pertama gue melakukan review mengenai cerita yang dibuat oleh penulis bernama Valerie Patkar tersebut. Namun rasanya tetap sama. Ada takjub yang tak bisa gue gambarkan, ada sedih yang mengurai air mata, ada sesak yang menghimpit hati, namun ada bahagia yang ia torehkan untuk rasa sepi yang ia rasakan.


Nonversation adalah novel kedua yang dibuat oleh Valerie. Tentu saja penggemarnya sudah tahu apa novel pertama yang ia rilis. Sebagaimana rasa takjub itu ada pada Nonversation begitupun dengan Claires. Tapi entah entah, gue tetap lebih merasa hidup ketika membaca Nonversation. Iya, sebegitu bucinnya gue sama novel yang satu ini sampai mau mereview kembali tapi dalam bentukan asli.

Entah apa meracuni pikiran gue saat itu sampai gue mencatat tanggal preordernya. 16 November 2018 dan itu berarti sudah satu tahun dari pertama gue mereview ceritanya. Terbayang nggak, selama satu tahu gue galau karena Nonversation versi wattpad hingga nggak bisa berkata-kata waktu mengikuti PO yang kedua. Dahsyatnya lagi, hanya 3 menit waktu war yang kita punya untuk bisa mendapatkan buku itu.



Beda dengan penulis lainnya yang hanya terbiasa membubuhkan TTD ataupun merchandise biasa aja, valerie mengeluarkan hal yang baru. Ada buku, ada paket ujian deli, amplop dan soal ujian (ini untuk mengetahui novel yang selanjutnya akan dikeluarkan kalau gue nggak salah ya), terakhir sticky note.

Kalian tentu tidak asing dengan sticky note, Dirga dan Ela. Yups, itu keunikan mereka. Ketika sticky note hanya dianggap kertas kecil yang nggak penting, tapi bagi mereka itu hidup. Separuh dari hidup mereka.

Terus ada yang nanya, bedanya wattpad sama novel apa sih?

Sejujurnya ga jauh beda. Tapi di novel kamu bisa lebih memahami bagaimana perasaan Dirga terhadap Ela, bagaimana Ela terhadap Dirga dan bagaimana kisah mereka yang sesungguhnya. Ela menyampaikan ini di novelnya "Dirga, see you again, in a better us, when nobody hurts including us". Iya, novel menggambarkan secara mendetail tentang mereka. Bagaimana mereka memulai dan bagaimana mereka mengakhiri. Atau lebih tepatnya bagaimana Dirga memulai kemudian akan mengakhirinya. Dia tetap menjadi pria bodoh yang merelakan kebahagiaannya pergi. Dia juga tetap Dirga yang sok-sokan merasa bahagia merelakan segalanya dia pergi. Itu Dirga yang kita kenal. Dia sendiri dalam mencintai.

Bedanya lagi, novel juga menggambarkan dengan jelas bagaimana Papa Dirga belajar untuk menerima anak-anaknya. Sadar bahwa selama ini ia salah dan sadar bahwa ia melukai anak-anaknya. Dia nggak berubah. Tapi dia tahu cara mencintai anaknya dengan benar. Kembali.

Bedanya lagi, novel menampilkan Trian dengan segala luka yang ia punya. Tidak sedetail yang di wattpad tapi akan ada masa di masa kalian sadar bahwa Trian tidak mengenal Ela. Ia hanya merasa bersyukur punya Ela setelah mantannya yang terdahulu.

Tapi apapun itu. Intinya tetap sama. Nonversation membicarakan tentang kehilangan yang paling dalam. Kehilangan akan segalanya bagi dia yang sederhana. 

339 halaman, mengajarkan gue bahwa hilang yang gue rasain sekarang nggak akan sama dengan kehilangan yang orang lain rasakan.
339 halaman, mengajarkan gue untuk lebih paham bahwa sakit bukan berasal dari orang lain tapi diri kita sendiri.
339 halaman, mengajarkan gue untuk lebih mencintai diri gue sendiri dahulu kemudian mencintai orang lain.

Karena hakikatnya sama. 339 halaman dan ending paling menyakitkan ialah melihat Theala bahagia bersama masa depannya dan Dirga bersama kesendiriannya.

Kecewa?

Jelas. Ekspetasi seorang pembaca lebih tinggi daripada penulisnya. Resiko besar untuk mengambil ending yang diluar dugaan pembaca. Ketika semua berharap mereka bisa bersama dan saling memahami satu sama lain, justru Val mengajarkan untuk tidak berharap pada apa yang terjadi. Katanya ending bukan berarti semua akhir. Bisa jadi 20 tahun kedepannya mereka kembali bersama, entah dengan status apa dan keadaan seperti apa.

Tapi yang pasti, 339 halaman mengajarkan gue bahwa setiap cerita memang memiliki akhir tapi bukan berarti itu akhir.

Terimakasih Nonversation.
Terimakasih Gamaliel Audirga Danuandra.
Terimakasih Theala Radista Queensy.
There is no hapy ending in life
Only probability exists;
Probability of falling
Probability of separating
Probability og getting fixed
Probability of bein reunited

There is no happy ending in life
Only endless chances exist

Valerie Patkar

Minggu, 17 Februari 2019

WELCOME HOME 2019!!

Halo. I'm back!
Yey...

Ada yang kangen nggak? Oh jelas tidak ya kan. Hehehe

Sekarang, projectnya sedang dikeep dulu. Lagi susah baca dan menghabiskan waktu dengan membaca yang lebih faedah. Maklum, authornya sedang dalam kesibukan lain. Tapi...tapi...

Di tahun 2019 ini, Author tetap akan berusaha untuk menulis review kok. Entah itu nanti Drama korea yang sudah ditonton tahun lalu, atau tahun ini, Novel yang sudah dibukukan, Cerita wattpad yang direkomendasikan, dan beberapa hal tentang komunitas penulis yang author ikuti.

Iya, tapi nanti.
Akan aja project untuk tahun ini. 2019 penuh warna namanya. List reviewnya masih akan dipublish. (Thor, ga penting).. Hehehe

Stay tune in here.

Review Novel : Serangkai Karya Valerie Patkar

  Review “Serangkai” Karya Valerie Patkar   Judul : Serangkai Penulis : Valerie Patkar No. ISBN : 97862304029876 Penerbit : Bhuana...