Tampilkan postingan dengan label novel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label novel. Tampilkan semua postingan

Jumat, 14 Februari 2020

REVIEW : Novel "GAME OVER" Valerie Patkar


Judul : Game Over
Pengarang : Valerie Patkar
No. ISBN : 978-623-216-773-5
Penerbit : Penerbit Bhuana Sastra
Penyunting : Ani Nuraini Syahara
Desain : Yanyan Wijaya
Tahun Terbit : 2020
Harga : Rp. 99.000,-
Tebal : 294

Deskripsi :
Buku ini ditulis untuk kamu yang menunggu serangkaian pujian setelah berkorban.
Juga untuk yang selalu gagal dan merasa jagat masih belum memihak.
Setiap kata disematkan untuk yang berteriak keluh kesah.
Mnyukai sesuatu yang dicibir alam raya.
Belum cukup membenci diri untuk tidak bisa meraih langit.
Bukan karena dia terlalu jauh, melainkan karena kamu tak tahu cara ke sana.

Hiduplah,
Tertawalah,
Berbangga hatilah,

Bersedihlah,
Berdukalah,
Berkecilhatilah,

Semua ini bagian dari harimu.
Besok mereka akan menjadi kemarin.
Lusa mereka akan menjadi pernah.

Selamat,
hari ini, kamu juaranya.

Blur :
Glendy Adijunior adalah seadanya.
Jeara Nindya Sjah adalah seandainya.
Di permain ini, mereka mencari titik temunya.

Bicara tentang novel yang dibuat oleh Kak Val, artinya bicara dengan hidup. Gue suka banyak novel tapi kadang gue nggak mengharuskan diri untuk mempunyai bentuk fisiknya. Karena dia nggak menorehkan apapun untuk bisa membuat gue yakin mendapatkannya. Gue emang tipe anak yang suka-suka hati aja dalam hal membaca. Herannya, gue bisa ngerasa kecewa kemarin karena ga sempat mendapatkan buku Kak Val sewaktu PO. Untungnya, gue bergabung dengan grup linenya Ekuivalensi. Akhirnya gue dapat deh.

Dari awal gue emang berencana mau beli novel ini. Bahkan gue udah menyisihkan uang bulanan gue untuk bisa mendapatkannya. Kali ini, gue bener-bener menguras tabungan gue karena harus beli dari orang lain. Bukan berarti gue merasa terbebani, nggak kok. Tenang. Gue emang sesuka itu sama Kak Val makanya berharap selalu dapat buku dia.

Nggak jauh beda kayak Nonversation, novel kali ini juga mengusung tentang sebuah hubungan antara cowok dan cewek yang udah lama pacaran bahkan sejak mereka baru duduk di bangku SMA. Kalau Dirga memilih diam dengan perasaannya (Nonversation), beda dengan Glendy yang memutuskan untuk mengungkapkannya. Glendy membuat gue bangga dengan segala keberanian yang dia punya.

Gue ga sesuka itu sama Glendy karena sepertinya gue masih terpukau sama Dirga dan ga bisa move on dari manusia sebiji itu. Tapi bukan berarti Glendy ga ada makna apa-apa ya. Tahu nggak, waktu baca ini novel, gue seolah berkaca -again (tapi bukan soal suka-sukaannya ya. Perjuangannya). Gue pernah ngerasain kayak, gue udah belajar mati-matian tapi nyatanya ga guna anjir. Gue belajar pun nilai gue gitu-gitu aja. Belum lagi gue masalah lulus bareng yang mengingatkan gue tentang masa kuliah bersama para curut gue. Wah, makin dah tuh novel bikin gue angguk-angguk sendiri.

Bener. Selesai wisuda itu bukan akhir dari segalanya tapi awal menuju kehidupan yang sesungguhnya. Makanya buat kalian yang baru lulus SMA, ga usah seneng dulu. Itu belum apa-apa. Ketemu dah sama dunia yang lebih parah dari sekolah, mampus udah wkwk...

Selain itu, bicara dari sisi keluarga, gue tau rasanya punya orang tua yang dua-duanya itu kerja. Untungnya keluarga gue masih sama kayak keluarga Glendy, yang setidaknya papa masih sering nelpon karena beliau kerja di luar kota dan mama yang masih setia mengingatkan gue untuk belajar tapi ga menuntut gue untuk pintar. Tapi gue sering kok lihat keluarga semacam keluarga Jeara. Dan rasanya itu hal yang akan gue hindari kelak. Gue ga mau menjerumuskan anak gue untuk jatuh ke lubang yang kelam. Gila anjir. Ga mungkin. Bukan merasa kasihan sama Jeara sih, tapi gue merasa bangga aja sama dia. Gue tahu perjuangan Jeara seperti apa, sikapnya yang menuntut itu tuh bukan karena keinginannya tapi karena keadaan. Gue ga menyalahkan Jeara sama sekali. Gue memahami dia sepenuhnya.

Game Over bukan hanya sekedar tentang cinta-cintaan atau keluarga yang di mana kedua orang tuanya sibuk kerja, tapi juga tentang gimana perjuangan seorang anak untuk membuat orang tuanya bangga dengan kondisi paling hancur sekali pun. Juga bicara tentang roda yang terus berputar. Ga selamanya kamu akan di atas awan dan ga selamanya juga di bawah. Pasti akan berputar seiring berjalannya waktu. Di atas atau di bawah, itu hanya jadi pilihan yang diberikan, selain Tuhan, kita juga turut andil di dalamnya.

Game Over merupakan cerita sekian yang buat gue paham kalau dunia ga sesederhana itu. Ada orang dengan seadanya yang hanya memikirkan hari ini tanpa peduli masa lalu atau masa depan. Intinya hari ini aja. Senang, susah, sedih, itu tuh hanya hari ini aja. Ada juga orang yang hidup dengan kata seandainya. Seandainya gue begini, seandainya gue begitu. Ga akan ada habisnya. Karena kata seandainya akan terus berkembang sampai rasa menyesal menyelimuti orang tersebut.

Ah, ada satu hal yang buat gue sangat amat suka sama novel ini.

Hidup itu kayak permainan. Kita yang memulai, kita yang memilih, kita yang menjalani, kita yang menentukan apakah di akhir kita bisa kalah atau justru jadi pemenangnya.

Jadi, jangan kalah.

Jangan kalah dalam permainan kalian sendiri.
Jangan lupa untuk memeluk erat diri terlebih dulu sebelum memeluk orang lain.

When you're happy with enough,
You will be happier when you are with more.
And you will be fine when you are with less.

Terima kasih hari ini menerima diri sendiri.

Gue yakin kalian bakal suka sama novel ini.
Gue yakin kalian akan belajar dari novel ini.
Gue yakin kalian ga akan menyesal kalau beli novel ini.

Gue kasih nilai 9,5/10. Karena yang sempurna hanya milik Tuhan wkwkwk....

See you soon!!

Senin, 18 Februari 2019

REVIEW: Novel "Nonversation" Karya Valerie Patkar


Judul : Nonversation
Pengarang : Valerie Patkar
No ISBN : 978-602-483-293-3
Penerbit : Penerbit Bhuana Ilmu Populer
Penyunting : Ani Nuraini Syahara
Desain : Yanyan Wijaya
Tahun Terbit : 2019
Harga : Rp 98.000,-
Tebal : 339

Deskripsi :
Nonversation, sebuah novel yang menerjemahkan kata 'kehilangan' dari perspektif seorang sahabat, pengagum, anak dan orang tua. Bercertia tentang mereka yang sederhana namun berarti segalanya, Tentang mereka yang punya kesempatan namun tak punya keberanian, dan tentang mereka yang dibutuhkan namun diam-diam juga membutuhkan.

Nonversation adalah cerita sederhana.
Sederhana yang menjadi segalanya.

Tertanda,

Audirga dan Theala

Blur :
Teman, katanya.
Cinta, rasanya.
Pupus, akhirnya.

non.ver.sa.ti.on
n when nothing becomes everything.


Sesederhana gue suka dengan buku dan segala isi ceritanya, sesederhana itu pula seseorang mengenalkan gue dengan Nonversation. Ini bukan kali pertama gue melakukan review mengenai cerita yang dibuat oleh penulis bernama Valerie Patkar tersebut. Namun rasanya tetap sama. Ada takjub yang tak bisa gue gambarkan, ada sedih yang mengurai air mata, ada sesak yang menghimpit hati, namun ada bahagia yang ia torehkan untuk rasa sepi yang ia rasakan.


Nonversation adalah novel kedua yang dibuat oleh Valerie. Tentu saja penggemarnya sudah tahu apa novel pertama yang ia rilis. Sebagaimana rasa takjub itu ada pada Nonversation begitupun dengan Claires. Tapi entah entah, gue tetap lebih merasa hidup ketika membaca Nonversation. Iya, sebegitu bucinnya gue sama novel yang satu ini sampai mau mereview kembali tapi dalam bentukan asli.

Entah apa meracuni pikiran gue saat itu sampai gue mencatat tanggal preordernya. 16 November 2018 dan itu berarti sudah satu tahun dari pertama gue mereview ceritanya. Terbayang nggak, selama satu tahu gue galau karena Nonversation versi wattpad hingga nggak bisa berkata-kata waktu mengikuti PO yang kedua. Dahsyatnya lagi, hanya 3 menit waktu war yang kita punya untuk bisa mendapatkan buku itu.



Beda dengan penulis lainnya yang hanya terbiasa membubuhkan TTD ataupun merchandise biasa aja, valerie mengeluarkan hal yang baru. Ada buku, ada paket ujian deli, amplop dan soal ujian (ini untuk mengetahui novel yang selanjutnya akan dikeluarkan kalau gue nggak salah ya), terakhir sticky note.

Kalian tentu tidak asing dengan sticky note, Dirga dan Ela. Yups, itu keunikan mereka. Ketika sticky note hanya dianggap kertas kecil yang nggak penting, tapi bagi mereka itu hidup. Separuh dari hidup mereka.

Terus ada yang nanya, bedanya wattpad sama novel apa sih?

Sejujurnya ga jauh beda. Tapi di novel kamu bisa lebih memahami bagaimana perasaan Dirga terhadap Ela, bagaimana Ela terhadap Dirga dan bagaimana kisah mereka yang sesungguhnya. Ela menyampaikan ini di novelnya "Dirga, see you again, in a better us, when nobody hurts including us". Iya, novel menggambarkan secara mendetail tentang mereka. Bagaimana mereka memulai dan bagaimana mereka mengakhiri. Atau lebih tepatnya bagaimana Dirga memulai kemudian akan mengakhirinya. Dia tetap menjadi pria bodoh yang merelakan kebahagiaannya pergi. Dia juga tetap Dirga yang sok-sokan merasa bahagia merelakan segalanya dia pergi. Itu Dirga yang kita kenal. Dia sendiri dalam mencintai.

Bedanya lagi, novel juga menggambarkan dengan jelas bagaimana Papa Dirga belajar untuk menerima anak-anaknya. Sadar bahwa selama ini ia salah dan sadar bahwa ia melukai anak-anaknya. Dia nggak berubah. Tapi dia tahu cara mencintai anaknya dengan benar. Kembali.

Bedanya lagi, novel menampilkan Trian dengan segala luka yang ia punya. Tidak sedetail yang di wattpad tapi akan ada masa di masa kalian sadar bahwa Trian tidak mengenal Ela. Ia hanya merasa bersyukur punya Ela setelah mantannya yang terdahulu.

Tapi apapun itu. Intinya tetap sama. Nonversation membicarakan tentang kehilangan yang paling dalam. Kehilangan akan segalanya bagi dia yang sederhana. 

339 halaman, mengajarkan gue bahwa hilang yang gue rasain sekarang nggak akan sama dengan kehilangan yang orang lain rasakan.
339 halaman, mengajarkan gue untuk lebih paham bahwa sakit bukan berasal dari orang lain tapi diri kita sendiri.
339 halaman, mengajarkan gue untuk lebih mencintai diri gue sendiri dahulu kemudian mencintai orang lain.

Karena hakikatnya sama. 339 halaman dan ending paling menyakitkan ialah melihat Theala bahagia bersama masa depannya dan Dirga bersama kesendiriannya.

Kecewa?

Jelas. Ekspetasi seorang pembaca lebih tinggi daripada penulisnya. Resiko besar untuk mengambil ending yang diluar dugaan pembaca. Ketika semua berharap mereka bisa bersama dan saling memahami satu sama lain, justru Val mengajarkan untuk tidak berharap pada apa yang terjadi. Katanya ending bukan berarti semua akhir. Bisa jadi 20 tahun kedepannya mereka kembali bersama, entah dengan status apa dan keadaan seperti apa.

Tapi yang pasti, 339 halaman mengajarkan gue bahwa setiap cerita memang memiliki akhir tapi bukan berarti itu akhir.

Terimakasih Nonversation.
Terimakasih Gamaliel Audirga Danuandra.
Terimakasih Theala Radista Queensy.
There is no hapy ending in life
Only probability exists;
Probability of falling
Probability of separating
Probability og getting fixed
Probability of bein reunited

There is no happy ending in life
Only endless chances exist

Valerie Patkar

Jumat, 16 November 2018

Review Cerita Wattpad "Deverra" Karya Valerie Patkar


Deverra, rumah kosong yang ditinggal penghuni sebelumnya.
Maladivas, penghuni tanpa rumah yang ingin mencari tempat untuk tinggal.

Senja.
Waktu itu hujan.
Airnya deras, menelungkup di balik kabut, menyatu dengan butir air lain pada jendela.
Kiranya tak ada sahut kata, bisu sunyi, menari tanpa tawa.
Kalau saja siang pergi lebih lama.
Malam datang keesokan harinya.
Mungkin tidak?
Mungkin tidak jika hanya raga ini yang menempatinya?

Ini cerita tentang seseorang yang menghabiskan ribuan hari untuk kembali.
kembali menjadi dirinya.
Kembali mencari bahagianya.
Kembali menemukan apa yang hilang.

Pembukaan dari cerita ini aja udah buat gue harus berpikir keras tentang makna yang akan dia siratkan. Mengenal sosok Deverra dan Maladivas yang sama-sama kesepian dengan alasan yang berbeda. Jika Deverra merasa sepi karena ditinggal oleh sang kekasih yang ia yakini sebagai soulmatenya, maka Maladivas merasa sepi karena ditinggal pergi oleh sang kakak untuk selama-lamanya. Keduanya diciptakan dengan sifat manis yang mungkin membuat kalian menggelepar. Belum lagi bagaimana Deverra memahami sosok Maladivas yang sama kerasnya seperti dia. Tapi satu yang pasti, Deverra tidak pernah merasa gagal untuk selalu mengetahui apapun tentang Divas.

Sebenarnya, cerita ini menjadi salah satu dari sekian banyak karya dari penulis Valerie Patkar yang mengandung unsur cinta-cintaan. Karya lainnya yang juga mempunyai koneksi dengan cerita ini sudah dibukukan dengan judul 'Claires' -yang mungkin akan gue review dua minggu lagi jika tidak sibuk. Jika pada ceritanya itu, dia hanya sebagai pemain kedua yang menikmati kehidupannya sebagai orang yang kehilangan kekasih, pada cerita ini, Deverra atau yang akrab dikenal sebagai Kai lah yang menjadi pemain utama. Kai mengajak kita untuk berpetualang dan menemukan makna sebenarnya dari cinta yang sesungguhnya. Bukan masalah siapa yang harus berjuang tapi bagaimana proses itu mengajarkan kita untuk lebih menerima.

Awalnya -gue yakin kalian juga memiliki pemikiran yang sama dengan gue-, gue kira kalau Kai itu hanya sosok cowok bodoh yang rela memberikan cintanya pada orang lain. Kain hanyalah salah satu karakter yang tidak akan pernah mendapatkan tempat di hati para pembaca. Lalu kemudian, gue menyadari satu hal. Kehadiran dia menjadi sempurna untuk seorang menjadi sebuah karakter yang nyata. Kehidupan seorang Kai yang menganggap bahwa ia telah menyempurnakan Claires dengan caranya ternyata salah. Itu bukan cinta yang sesungguhnya. Bertemu dengan Divas, mengenal gadis itu, menjalani hari dengan rasa penasaran, kemudian mulai memahami tentang gadis itu menjadi alasan kenapa cerita ini menyentuh dan dapat dikatakan sempurna. Kai mengajarkan kita untuk sadar apa itu cinta, caranya mencintai seseorang, mengekspresikan perasaannya, sesekali merengek bukan masalah. Bukan tentang kamu ikhlas meninggalkan dia tanpa protes lalu ia akan bertemu orang lain (Claires Novel).

Jika dipikir-pikir, setiap sub judul yang ditulis oleh Kak Vale, semuanya berawal dari kata Untuk. Untuk Deverra yang menggambarkan sosok pria tegar yang sedang berusaha bangkit dari patah hatinya karena ditinggal oleh gadis bernama Claires.  Untuk Masa Lalu yang membahas tentang keadaan Kai yang selalu belajar untuk menerima keadaan dan ke mana kelak hatinya akan pergi bersama kenangan yang ia miliki. Dan untuk lainnya yang pasti punya makna berbeda dalam setiap kolomnya. Sampai gue akhirnya paham bagaimana cinta membuat gue mengerti tentang segalanya.

Dari sekian banyak kejadian yang ia gambarkan dalam cerita ini, gue paling suka hal yang membahas Zacchio. Seorang kakak yang hanya berharap menjadi terbaik untuk adiknya, seorang anak yang berusaha untuk mencintai kedua orang tuanya, seorang pemuda yang berusaha untuk mencari harapan akan hidupnya. Dia, Zacchio yang selalu dianggap jelek oleh orang lain karena sikap dan kebangsatannya. Tapi percayalah, Zacchio mengajarkan kita untuk lebih menghargai setiap waktu yang berjalan. Dia mengajarkan kita untuk mencintai diri kita sendiri terlebih dahulu sebelum kita mencoba untuk mencintai orang lain.

Entah kenapa, gue selalu percaya bahwa setiap cerita punya takdirnya sendiri. Sama halnya dengan takdir yang dimiliki Deverra. Ia dipertemukan kembali dengan sosok lain yang berusaha untuk mengajarkannya lebih mengekspresikan perasaannya. Gadis bernama Karina Maladivas yang memandang Kai dengan sangat tidak pantas. Banyak kejadian lucu yang membuat gue merasa greget sendiri. Bagaimana keduanya berusaha untuk menyembuhkan satu sama lain dan menjadi penting untuk satu sama lain pula.

Ah, belum lagi cara Kak Vale menuangkan isi pikirannya dan cara ia menyajikan cerita itu sendiri. Sejujurnya, gue termasuk manusia yang paling pemilih dalam bahan bacaan terutama novel. Tapi, sejak pertama kali gue memilih membaca tulisan kak Vale, gue merasa punya hidup dan mulai belajar banyak hal. Bahkan di sela-sela waktu gue yang padatnya luar biasa mencengkram, gue bisa memilih untuk menyempatkan setidaknya sejam untuk membaca ceritanya. Give applause untuk kak Vale dan kemampuannya membuat gue terpikat dan terpesona.

Nilainya? 9/10.
Keren, kan?
Pokoknya, gue rekomendasikan cerita ini bagi kalian yang punya sejuta waktu luang tanpa diganggu apapun. Bacaannya termasuk ringan kok, belum lagi ceritanya pasti masih bisa diajak kompromi walau kita lagi stress atau penat. Bumbu percintaannya bisa membuat kalian membayangkan rasanya jatuh cinta dan ketagihan. Dan syukurnya, cerita ini udah selesai. Jadi, bagi kalian yang memang paling nggak suka nunggu, nih bacaan oke yang bisa dihabiskan dalam sekali baca.

Teruntuk penulis hebat bernama Valerie Patkar, salam dari gue yang menganggumi semua karya kakak. Isinya bermanfaat dan emang sesuai sama realita. Terimakasih untuk karya hebat yang kakak punya hingga akhirnya pembaca tidak hanya sebagai pembaca tapi sebagai orang yang belajar dari bacaan.

Beberapa quote yang menurut gue paling ngena dari cerita ini:
1. "When other boys bring a bouquet of Rose for their girls during the special days, you prefer to create a garden with full of Roses in front of my home." Deverra kepada Claires.
2. "And when you don't know how to love yourself, don't ever try to love others. Because you will only draw the shape, you won't ever understands what's inside."
3. "Karena gue tau gimana rasanya kehilangan seseorang dan gak mudah untuk gantiin seseorang itu sekalipun dia udah bener-bener pergi dari hidup lo. Karena gak peduli secepat apapun mereka pergi, bekasnya akan tetap selalu ada." Divas kepada Zacchio.

Bagi yang niat baca, kuy ke sini :
https://www.wattpad.com/story/89716922-deverra

And then, sampai jumpa direview selanjutnya.

Rabu, 26 September 2018

REVIEW Cerita Wattpad "NOIR" Karya Renita Nozaria



NOIR : Hidden Deadly Sins

Identitas buku
Judul                                      : Noir: Hidden Deadly Sins
Penulis                                   : Renita Nozaria
No. ISBN                              : 9786025406188
Penerbit                                  : Loveable
Editor/Penyelaras Kata          : Larasati Fitriani
Desain cover                          : Inke Alverine
Tahun terbit                           : 2017
Harga                                     : Rp 85.000,00
Tebal                                      : 399

Blurb : Oriana Suri Laksita, seorang gadis yang memiliki kemampuan untuk melihat makhluk gaib. Sayangnya, sampai usia delapan belas tahun, ia belum juga memiliki kekasih. Mungkin karena sifat protektif ketiga kakaknya yang menyerupai titisan singa. Jadi, mana ada lelaki yang mau mendekatinya?

Dengan kemampuan melihat makhluk gaib inilah, ia selalu dipertemukan oleh para hantu yang memintanya untuk menyelesaikan urusannya di dunia agar bisa segera ke ‘atas’. Hingga akhirnya, Suri dipertemukan oleh lelaki tampan yang mampu memikat hatinya, Sebastian. Sayangnya, Sebastian takut hantu. Tetapi di balik itu semua, hal itulah yang menyebabkan Sang Pencipta murka dan para makhluk immortal membicarakannya.

Sifat kasih tanpa batas, membuat salah satu iblis menemuinya dan memberikan peringatan agar Suri tidak membantu para arwah. Jika Suri melanggar, kematian akan menghantuinya.

Apakah Suri menjalani nasihatnya atau justru sebaliknya?

--

NOIR hanya tentang seorang gadis bernama Oriana Suri Laksita yang terlahir ditengah-tengah keluarga dengan tiga kakak laki-lakinya. Sangat ajaib dengan tingkat ke-PDan yang berlebihan, juga sedikit absurd. Sudah lama jomblo dan alasannya karena ada kakaknya yang overprotektif. Tapi dibalik semua cerita kehidupannya, Suri memiliki kemampuan melihat hantu. Kelebihannya ini menjadi penghalang untuk dia bisa mendapatkan hati seorang cowok bernama Sebastian. Walaupun begitu, Suri tetap tidak menyerah. Ia selalu berusaha agar Sebastian menatapnya dan melihat pada dirinya. Itu masalah yang berat. Masalah lainnya timbul, Suri sempat mengalami koma karena kelebihannya. Lalu kira-kira apa penyebab Suri mengalami koma? Apakah ia mampu menaklukan hati seorang Sebastian?

Itulah alasan kenapa buku ini sangat saya rekomendasikan untuk kalian. Ceritanya sangat ringan tapi ide yang dibuat oleh penulisnya sangat luar biasa. Penulis mengajarkan kita tentang cara memandang suatu hal dengan cara yang berbeda dan sesuai persepsi masing-masing. Dunia ini terdiri dari dua sisi yang berbeda. Sisi gelap dan sisi terang. Sesuatu yang jahat dan sesuatu yang tidak jahat. Tapi kita lupa bahwa ada sisi yang dinamakan abu-abu. Sisi yang menunjukkan bahwa orang jahat itu belum tentu jahat dan orang baik itu tidak selamanya baik.

Dan tidak perlu takut, hantu yang ada di sini tidak seseram yang kalian pikirkan. Tidak ada hantu yang bertanduk atau memiliki ekor berwarna merah dan penuh api. Namanya saja dibuat menjadi lucu. Lucifer menjadi Lucy. Ah, iya, kita juga dikenal dengan beberapa jenis iblis di dunia. Seperti menambah ilmu pengetahuan juga. Jadi bisa dipastikan, novel ini tidak akan membosankan karena walaupun romance, ada lucu-lucunya juga.

Pesan yang sampaikan oleh penulis juga tersampaikan dengan baik. Bukan hanya dari segi percintaan, tapi juga mengusung kekeluargaan. Paling suka jika melihat keluarga Suri berkumpul. Karena ada makna yang tertanam di sana. Lagi, saya mengatakan bahwa setelah membacanya, mungkin kalian akan mengatakan, “Ah, memang manusia seperti itu, kan?’. Dan itu membuat kesan Noir semakin mengena dihati pembacanya.

“Kalau kata Ayah, cinta itu adalah tentang tetap setia ketika kita punya seribu satu alasan untuk meninggalkan.”

Sekian. Sampai jumpa direview selanjutnya.

Rabu, 29 Agustus 2018

RESENSI ILLANA TAN - IN A BLUE MOON

Identitas buku
Judul : In a Blue Moon
Penulis : Illana Tan
No. ISBN : 978-602-03-1462-4
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2015
Harga : Rp 70.000,00
Tebal : 318 halaman
Ukuran : 13x20 cm

Blurb :

--
“Apakah kau masih membenciku?
“Aku heran kau merasa perlu bertanya.”
--

Lucas Ford pertama kali bertemu dengan Sophie Wilson di bulan Desember pada tahun terakhir SMA-nya. Gadis itu membencinya. Lucas kembali bertemu dengan Sophie di bulan Desember sepuluh tahun kemudian di kota New York. Gadis itu masih membencinya. Masalah utamanya bukan itu—oh, bukan!—melainkan kenyataan bahwa gadis yang membencinya ini kini ditetapkan sebagai tunangan Lucas oleh kakeknya yang suka ikut campur.

Lucas mendekati Sophie bukan karena perintah kakeknya. Ia mendekati Sophie karena ingin mengubah pendapat Sophie tentang dirinya. Juga karena ia ingin Sophie menyukainya sebesar ia menyukai gadis itu. Dan , kadang-kadang—ini sangat jarang terjadi, tentu saja—kakeknya bisa mengambil keputusan yang sangat tepat.

**
In a Blue moon menceritakan tentang kebencian seorang wanita bernama Sophie Wilson terhadap Lucas Ford yang menghancurkan masa sekolahnya di bulan Desember. Mereka memang tidak saling mengenal hingga suatu hari, Sophie bertemu Lucas dan ketika interaksi diantara keduanya mulai terjadi, Lucas justru melakukan sebuah kesalahan besar sehingga Sophie merasa berhak untuk membencinya. Perasaan itu terus bertahan hingga mereka berpisah dan sepuluh tahun kemudian dipertemukan kembali di kota New York pada bulan Desember. Pertemuan ini juga terjadi tidak secara sengaja.

Keduanya telah resmi bertunangan karena Lucas merupakan cucu dari sahabat lama kakek Sophie. Mereka telah bersepakat akan semakin mempererat hubugan persaudaraan mereka sehingga Sophie dan Lucas harus dinikahkan. Hal ini tidak mendapat penolakan. Namun bukan berarti Sophie merasa bahwa dia akan menjadi lebih dekat dengan Lucas. Perasaan itu masih bertahan hingga akhirnya Lucas yang berusaha menepis jarak di antara mereka. Akankah dengan adanya pertunangan ini, keduanya dapat berbaikan? Bagaimanakah akhir dari kisah mereka?
**

Awal aku mengetahui buku ini karena rekomendasi seorang teman yang sangat menyukai tulisan Illana Tan. Aku pun begitu. Hampir semua tulisan Illana seolah dapat menyihirku untuk bisa menikmati setiap baik dan kalimat sehingga aku enggan untuk berhenti membaca. Seharusnya tanpa direkomendasikan pun, aku pikir aku tetap akan melangkah menuju barisan paling depan dan mengambil buku ini. Bayangkan saja, Blurb dan cover sudah menggoda seperti ini. Aku memang sering menghabiskan uang dengan membeli beragam macam novel yang akhirnya akan aku tumpuk di lemari. Namun hari itu, setelah aku membelinya, aku justru menghabiskan ribuan jam untuk menikmati sejenak karya Illana Tan.

Dan benar. Aku tidak menyesal. Berlatarbelakangkan kota New York, Illana Tan sanggup mengusung sebuah cerita mengenai perjalanan cinta seorang kepala koki terhadap Sophie yang merupakan pemilih sebuah toko kue di salah satu sudut kota New York. Masalahnya, seumur hidup perkenalan mereka, Sophie sangat membenci Lucas karena satu hal.

Aku juga suka dengan cara Illana Tan yang menyuguhkan perjuangan Lucas untuk menyakinkan Sophie bahwa dia bukanlah si remaja bodoh yang melakukan semua hal tanpa berpikir panjang. Tapi kini ia hanya seorang pria yang berusaha tulus untuk meminta maaf dan ingin memperbaiki semuanya. Walaupun secara perlahan Sophie mulai membuka diri, jelas hal ini tidak selancar yang terpikir. Keberadaan Miranda dan Adrian menjadi bumbu bagi perjalanan mereka.

Tbh, aku selalu suka setiap inti dari sudut cerita yang digambarkan. Mungkin bedanya, Illana Tan hanya berfokus pada Lucas dan Sophie sehingga terlihat bagaimana konflik yang diciptakan oleh Miranda dan Adrian kurang cukup untuk menjadi penghalang. Hanya itu saja kok. Karena dari awal, aku memang selalu menyukai penulis ini. Gaya penulisnya yang ringan dan santai dan bagaiamana ia menarik perhatian seseorang hanya dengan sekali membaca judulnya.

Dari semua quote yang aku pikirkan dalam buku ini. Aku suka salah satu kutipan dialog yang ada dalam buku ini. Pada hal 100, jelas tertulis:

“Apakah kau tahu, hanya ada garis tipis yang memisahkan perasaan benci dan cinta?”

Review Novel : Serangkai Karya Valerie Patkar

  Review “Serangkai” Karya Valerie Patkar   Judul : Serangkai Penulis : Valerie Patkar No. ISBN : 97862304029876 Penerbit : Bhuana...