Tampilkan postingan dengan label FilmIndonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label FilmIndonesia. Tampilkan semua postingan

Jumat, 19 April 2019

Review Film Indonesia "Dancing in the Rain"



Sutradara                   : Rudi Aryanto
Produser                    : Sukhdev Singh dan Wicky V. Olindo
Penulis                       : Sukhdev Singh; Tisa TS
Perusahaan Produksi : Screenplay Films; Legacy Pictures
Tanggal Rilis             : 18 Oktober 2018
Pemeran                    :
Dimas Anggara as Banyu
Gilang Olivier as Banyu kecil
Bunga Zainal as Kinara
Greesella Adhalia as Kinara kecil
Deva Mahenra as Radin
Joshue Rundengan as Radin kecil
Christine Hakim as Eyang Uti
Niniek L. Karim as Eyang Widya
Djenar Maesa Ayu as Katrin
Dolly Martin as Ayah Kinara
Keke Soeryo as Ibu Kinara
Qory Sandioriva as Ibu Guru Banyu
Ayu Dyah Pasha as Psikolog

Sinopsis :
Eyang Uti memiliki cucu yang sangat disayanginya yang bernama Banyu. Sejak kecil Banyu dititipkan padanya karena kedua orang tuanya tak mampu mengurusnya. Saat Banyu memasuki usia sekolah, Eyang Uti dihadapkan pada kenyataan bahwa Banyu mengidap spectrum autis dan menyebabkan Banyu sulit berinteraksi dengan lingkungannya.

Kemudian muncul Radin, anak baru di komplek yang selalu membela Banyu saat di-bully. Dan setelah itu kehadiran Kinara membuat indahnya persahabatan mereka semakin lengkap. Hingga dewasa, ketiganya tetap bersahabat, benih cinta tumbuh antara Radin dan Kinara.

Masalah mulai hadir ketika Mama Radit, yang tak menyukai putranya berteman dengan Banyu, suatu ketika berhasil menfitnah Banyu, seolah Banyu mencelakakannya. Radin yang salah paham menjadi sangat marah dan meninggalkan Banyu.

Review :
Dancing in the Rain merupakan film Indonesia dengan genre drama yang disutradarai oleh Rudi Aryanto mengangkat cerita bertemakan psikologi. Film ini cocok untuk siapapun yang merasa bahwa menjadi cacat itu salah. Atau bagi orang yang memandang bahwa spectrum autis itu buruk. Sementara nyatanya bukan seperti itu. Selain itu, Film ini mengajarkan orang untuk sadar akan keadaan yang terjadi di masalahnya.

Awal pembukaan Film dimulai dari Eyang Uti yang memutuskan untuk merawat cucunya sendiri dikarenakan kedua orang tua nya yang tidak ingin merawat anaknya. Eyang Uti yang pada akhirnya mengetahui bahwa cucu satu-satunya memiliki kelainan mental berkat observasi yang dilakukan oleh guru cucunya yang bernama Banyu.

Banyu punya kebiasaan yang terus dilakukan secara berulang-ulang kali tanpa melewatkan satu hal pun itu merupakan ciri dari spectrum autis. Untung saja, Eyang Uti segera mengetahuinya sehingga bisa mengantisipasinya. Walaupun begitu, Eyang Uti tetap mengajarkan Banyu layaknya manusia normal lainnya. Ia diijinkan untuk berkeliaran dan mencari teman di luar rumah.

Hal ini tentu tidak berjalan mulus. Banyu sering diolok-olok oleh teman-temannya. Pernah sekali Banyu mencoba untuk bermain di luar rumah. Kelompok anak-anak yang bermain sepak bola merasa diabaikan sewaktu bola milik mereka ada di hadapan Banyu. Sekelompok anak-anak tersebut lalu mengganggu Banyu dan mengakibatkan pertengkaran. Untung ada Radit yang membela Banyu. Hingga akhirnya mereka berteman baik. Ah, ada sosok Kirana yang kian menyempurnakan persahabatan mereka.

Sebenarnya, cerita ini termasuk konten yang ringan. Nggak ada hal berat yang diangkat selain mungkin bagaimana pandangan tentang orang yang memiliki cacat. Selain itu, sejujurnya para pemain dalam film ini juga sukses dalam mendalami karakter mereka. Seperti Dimas Anggara dan Gilang Olivier yang sesungguhnya untuk memerankan seorang anak yang autis tidak lah mudah. Kehadiran sosok Joshue Rundengan dan Deva Mahendra juga menambah bumbu cerita ini. Mereka mengajarkan untuk tidak sepele dengan orang yang cacat mental atau tidak memandang mereka sebelah mata. Hal ini yang jarang bisa diterima oleh masyarakat. Jangankan masyarakat, bahkan keluarga sendiri pun lebih sering untuk mengabaikan mereka daripada mendukung mereka dan memanusiakan mereka.

Bertemakan keluarga dan persahabatan dan menggambarkan bagaimana pengorbanan dari orang yang kita anggap tidak pantas untuk berteman dengan kita adalah inti dari segala ceritanya. Tidak heran jika film ini patut untuk direkomendasikan. Jika ditanya nilai, secara pribadi gue memberik 8/10. Gue merasa segalanya sudah pas.

Cocok untuk kalian yang memang sangat mencintai film Indonesia bertemakan keluarga.

See you soon, guys!

Review Novel : Serangkai Karya Valerie Patkar

  Review “Serangkai” Karya Valerie Patkar   Judul : Serangkai Penulis : Valerie Patkar No. ISBN : 97862304029876 Penerbit : Bhuana...