Jumat, 14 Februari 2020

REVIEW : Novel "GAME OVER" Valerie Patkar


Judul : Game Over
Pengarang : Valerie Patkar
No. ISBN : 978-623-216-773-5
Penerbit : Penerbit Bhuana Sastra
Penyunting : Ani Nuraini Syahara
Desain : Yanyan Wijaya
Tahun Terbit : 2020
Harga : Rp. 99.000,-
Tebal : 294

Deskripsi :
Buku ini ditulis untuk kamu yang menunggu serangkaian pujian setelah berkorban.
Juga untuk yang selalu gagal dan merasa jagat masih belum memihak.
Setiap kata disematkan untuk yang berteriak keluh kesah.
Mnyukai sesuatu yang dicibir alam raya.
Belum cukup membenci diri untuk tidak bisa meraih langit.
Bukan karena dia terlalu jauh, melainkan karena kamu tak tahu cara ke sana.

Hiduplah,
Tertawalah,
Berbangga hatilah,

Bersedihlah,
Berdukalah,
Berkecilhatilah,

Semua ini bagian dari harimu.
Besok mereka akan menjadi kemarin.
Lusa mereka akan menjadi pernah.

Selamat,
hari ini, kamu juaranya.

Blur :
Glendy Adijunior adalah seadanya.
Jeara Nindya Sjah adalah seandainya.
Di permain ini, mereka mencari titik temunya.

Bicara tentang novel yang dibuat oleh Kak Val, artinya bicara dengan hidup. Gue suka banyak novel tapi kadang gue nggak mengharuskan diri untuk mempunyai bentuk fisiknya. Karena dia nggak menorehkan apapun untuk bisa membuat gue yakin mendapatkannya. Gue emang tipe anak yang suka-suka hati aja dalam hal membaca. Herannya, gue bisa ngerasa kecewa kemarin karena ga sempat mendapatkan buku Kak Val sewaktu PO. Untungnya, gue bergabung dengan grup linenya Ekuivalensi. Akhirnya gue dapat deh.

Dari awal gue emang berencana mau beli novel ini. Bahkan gue udah menyisihkan uang bulanan gue untuk bisa mendapatkannya. Kali ini, gue bener-bener menguras tabungan gue karena harus beli dari orang lain. Bukan berarti gue merasa terbebani, nggak kok. Tenang. Gue emang sesuka itu sama Kak Val makanya berharap selalu dapat buku dia.

Nggak jauh beda kayak Nonversation, novel kali ini juga mengusung tentang sebuah hubungan antara cowok dan cewek yang udah lama pacaran bahkan sejak mereka baru duduk di bangku SMA. Kalau Dirga memilih diam dengan perasaannya (Nonversation), beda dengan Glendy yang memutuskan untuk mengungkapkannya. Glendy membuat gue bangga dengan segala keberanian yang dia punya.

Gue ga sesuka itu sama Glendy karena sepertinya gue masih terpukau sama Dirga dan ga bisa move on dari manusia sebiji itu. Tapi bukan berarti Glendy ga ada makna apa-apa ya. Tahu nggak, waktu baca ini novel, gue seolah berkaca -again (tapi bukan soal suka-sukaannya ya. Perjuangannya). Gue pernah ngerasain kayak, gue udah belajar mati-matian tapi nyatanya ga guna anjir. Gue belajar pun nilai gue gitu-gitu aja. Belum lagi gue masalah lulus bareng yang mengingatkan gue tentang masa kuliah bersama para curut gue. Wah, makin dah tuh novel bikin gue angguk-angguk sendiri.

Bener. Selesai wisuda itu bukan akhir dari segalanya tapi awal menuju kehidupan yang sesungguhnya. Makanya buat kalian yang baru lulus SMA, ga usah seneng dulu. Itu belum apa-apa. Ketemu dah sama dunia yang lebih parah dari sekolah, mampus udah wkwk...

Selain itu, bicara dari sisi keluarga, gue tau rasanya punya orang tua yang dua-duanya itu kerja. Untungnya keluarga gue masih sama kayak keluarga Glendy, yang setidaknya papa masih sering nelpon karena beliau kerja di luar kota dan mama yang masih setia mengingatkan gue untuk belajar tapi ga menuntut gue untuk pintar. Tapi gue sering kok lihat keluarga semacam keluarga Jeara. Dan rasanya itu hal yang akan gue hindari kelak. Gue ga mau menjerumuskan anak gue untuk jatuh ke lubang yang kelam. Gila anjir. Ga mungkin. Bukan merasa kasihan sama Jeara sih, tapi gue merasa bangga aja sama dia. Gue tahu perjuangan Jeara seperti apa, sikapnya yang menuntut itu tuh bukan karena keinginannya tapi karena keadaan. Gue ga menyalahkan Jeara sama sekali. Gue memahami dia sepenuhnya.

Game Over bukan hanya sekedar tentang cinta-cintaan atau keluarga yang di mana kedua orang tuanya sibuk kerja, tapi juga tentang gimana perjuangan seorang anak untuk membuat orang tuanya bangga dengan kondisi paling hancur sekali pun. Juga bicara tentang roda yang terus berputar. Ga selamanya kamu akan di atas awan dan ga selamanya juga di bawah. Pasti akan berputar seiring berjalannya waktu. Di atas atau di bawah, itu hanya jadi pilihan yang diberikan, selain Tuhan, kita juga turut andil di dalamnya.

Game Over merupakan cerita sekian yang buat gue paham kalau dunia ga sesederhana itu. Ada orang dengan seadanya yang hanya memikirkan hari ini tanpa peduli masa lalu atau masa depan. Intinya hari ini aja. Senang, susah, sedih, itu tuh hanya hari ini aja. Ada juga orang yang hidup dengan kata seandainya. Seandainya gue begini, seandainya gue begitu. Ga akan ada habisnya. Karena kata seandainya akan terus berkembang sampai rasa menyesal menyelimuti orang tersebut.

Ah, ada satu hal yang buat gue sangat amat suka sama novel ini.

Hidup itu kayak permainan. Kita yang memulai, kita yang memilih, kita yang menjalani, kita yang menentukan apakah di akhir kita bisa kalah atau justru jadi pemenangnya.

Jadi, jangan kalah.

Jangan kalah dalam permainan kalian sendiri.
Jangan lupa untuk memeluk erat diri terlebih dulu sebelum memeluk orang lain.

When you're happy with enough,
You will be happier when you are with more.
And you will be fine when you are with less.

Terima kasih hari ini menerima diri sendiri.

Gue yakin kalian bakal suka sama novel ini.
Gue yakin kalian akan belajar dari novel ini.
Gue yakin kalian ga akan menyesal kalau beli novel ini.

Gue kasih nilai 9,5/10. Karena yang sempurna hanya milik Tuhan wkwkwk....

See you soon!!

Kamis, 13 Februari 2020

Review Drama Korea "Chocholate"

CHOCHOLATE


PEMERAN
UTAMA :
  • Yoon Kye-Sang sebagai Lee Kang
  • Ha Ji-Won sebagai Moon Cha-Yeong
  • Jang Seung-jo sebagai Lee Joon
  • Teo Yoo sebagai Kwon Min Seong
  • Min Jin-wong sebagai Moon Tae-hyun
PENDUKUNG
  • Kang Boo-ja sebagai Han Yong-seol
  • Lee Jae-ryong sebagai Lee Seung-hoon
  • Kim Sun-kyung sebagai Yoon Hye Mi
  • Kim Won-hae sebagai Kwon Hyeon-seok
  • Kim Ho-jung sebagai Han Seon-ae
  • Yeom Hye-ram sebagai Ha Yeong-sil

Chocolate merupakan kolaborasi pertama penulis skenario Lee Kyung-hee dan sutradara Lee Hyung-min dalam 15 tahun setelah bekerjasama pada seri televisinya yang diakui secara kritis berjudul I'm Sorry, I Love You (2004).

SINOPSIS :
Bercerita tentang seorang laki-laki yang menjadi ahli bedah saraf meskipun dia bermimpi menjadi koki dan seorang wanita yang menjadi koki karena dia (Wikipedia, 2019).

Annyeonghaseyo, Chingudeul!!
I'm back for this year!! Yey. Are you happy? I hope so.
Ditahun yang baru ini, gue balik dengan review sampah yang semoga bermanfaat ya. Ini bukan drama baru sih (soalnya tayangnya tahun 2019 dan selesai 2020). Dan ini drama korea pertama yang gue habiskan tahun ini, so enjoy guys!

Bercerita tentang seorang anak bernama Lee Kang yang diperankan Yoon Kye-Sang, tumbuh menjadi seorang ahli bedah saraf karena permintaan dan tuntutan dari neneknya. Dulu, Lee Kang ingin menjadi seorang koki untuk mengikuti jejak ibunya. Sayangnya, mimpi itu harus dikubur dalam-dalam karena obsesinya untuk menjadi pewaris sebagai caranya balas dendam terhadap kematian ibunya. Lee Kang memiliki seorang sahabat bernama Min Seong yang diperankan oleh Teo Yoo. Min Seong ini sangat baik. Dia rela membantu Lee Kang dalam keadaan apapun. Sampai Lee Kang rela untuk mengunjungi suatu kota di luar negeri (sebetulnya gue lupa di mana, hahaha,,, mian) demi mencari mantan kekasih Min Seong yaitu Moon Cha-yeong yang diperankan oleh Ha Ji-Won.

Semua terjadi begitu cepat dalam hidup Lee Kang. Kehilangan Min Seong, membenci Moon Cha-Yeong, menjadi dokter yang baik dan hanya mengobati orang-orang yang tidak memiliki waktu yang lama untuk hidup. Semuanya dijalani dengan penuh drama (yah, namanya juga genre drama!). Tapi secara perlahan keadaan semakin baik.

Gue secara pribadi menyukai drama ini, kenapa? Karena semuanya berjalan dengan pas walaupun alurnya lambat. Kalian tahu gimana gregetnya penonton kalau disajikan alur lambat? Biasanya akan memilih berhenti dan bodoh amat. Iya, gue juga sama. Tapi untuk drama ini, gue memilih stay bahkan menunggu setiap minggunya untuk menikmati episode demi episode yang berjalan. Lucunya, gue ga merasa bosan. Padahal biasanya sesuatu yang berjalan lambatkan akan buat kita merasa bosan dan kayak, 'what the hell. Mau ke mana sih ini ceritanya'.

Sosok Lee Kang juga tergambar dengan sangat baik. Gue suka dengan Yoon Kye-Sang ajjushi yang memberikan kesan pertama paling mendalam. Dia bisa menggambarkan bagaimana jadi sosok yang paling kecewa, dia bisa menggambarkan bagaimana jadi sosok yang disakiti, dia juga bisa menggambarkan sosok yang pada akhirnya dapat jatah bahagia. Paham, nggak? Sedih, nangis tersedu-sedu bahkan senyum malu-malu kucingnya tuh bikin gemes. Yah, banyak sih ajjushi koriya yang buat gue gemes lihat mereka. Tapi porsi Yoon Ajjushi beda. Gue ngerasa Lee Kang emang bisa hidup kalau emang dia yang main sih (karena sesungguhnya gue suka menerka-nerka sosok lain yang bisa membuat suatu karakter hidup dan menjadi lebih baik). As you know, Yoon Ajjushi emang the best dengan keadaan dan cerita yang begini. Ga cuman Yoon Ajjushi, Ha Ji-Won sendiri pun sukses buat gue suka sama cerita bernuansa orang dewasa ini.

Romance yang mereka ciptakan bukan hanya pegangan tangan, ciuman, atau lainnya. Tapi beneran kayak pacaran yang berkualitas -ceileh bahasa gue. Kalau banyak penonton berharap kisah yang menye dan unyu-unyu, mending menjauh deh. Pasti bakalan bosan. Beneran yang kayak, mereka tatapan aja udah bikin greget. Tau deh, intinya begitu. Cek aja. Gue susah menjelaskannya.

Tapi selain romance, banyak hal yang ditanamkan drama ini untuk penonton. Semuanya menjadi cerita yang manis dan indah aja gitu. Kayak, gimana Lee Kang belajar memaafkan keadaan, gimana Lee Joon bisa memaafkan dirinya sendiri dan belajar untuk ngga egois, gimana Cha-Yeong berusaha untuk menata kehidupannya kembali dan melupakan masa lalunya. Gue suka setiap jalan yang mereka ambil. Intinya, gue sangat amat merekomendasikan drama ini untuk kalian yang suka romance tanpa bumbu yang banyak. JJang!! Daebak!

Kurangnya, kurang panjang wkwk...
Nggak becanda.
Mungkin lebih kepada cerita keluarga Lee Kang kali ya. Sama kehidupan Cha-Yeong dan kejelasan hubungannya Tae-Hyun.

Gue kasih nilai 9/10! Kenapa? Karena semakin lambat alurnya semakin membuat gue jatuh cinta! Secinta itu sampai belum move on!

See you, soon!

Kamis, 17 Oktober 2019

Rest In Peace Sulli a.k.a Choi Jin Ri


Selamat jalan uri Princess, Sulli.
You did well, Eonnie!

Sulli atau yang memiliki nama lengkap Choi Jin Ri merupakan salah seorang aktris cilik yang berevolusi menjadi gadis cantik serta bisa bermain peran dengan hebat dan seorang penyanyi yang energik, ceria dan penuh semangat. Bernaung di salah satu agensi terbesar SM Entertain, Sulli mengakhiri kehidupannya setelah bertahan menjalani kehidupannya yang penuh dengan cibiran dari netizen.

4 hari udah berlalu dari beredarnya berita mengenai kepergiaan Sulli Eonnie dan sampai detik ini pun gue masih menolak untuk percaya. Gue bukan fans f(x) tapi gue tahu mereka. Gue suka semua artis SME apalagi yang generasi pertama dan kedua. Generasi yang membuat gue mengenal lebih banyak pengalaman hanya karena gue suka sama mereka. Bagi gue, mereka healing.

Sebegitu hebatnya pengaruh mereka dalam hidup gue sampai gue menyebut mereka healing. Iya, semenjak gue memutuskan untuk hanya sekedar suka, sesekali gue masih memperhatikan mereka dari jauh. Bagaimana kehidupan mereka yang secara perlahan mulai berubah dratis. Bagaimana mereka yang gue kenal dengan cerianya mereka, satu persatu mulai tumbuh menjadi sosok dewasa yang ingin menunjukkan diri mereka. Bagaimana mereka menemani pertumbuhan gue juga.

Hari di mana Sulli Eonnie memilih untuk mengakhiri hidupnya, gue cuman berpikir begini, "Ah, dunia kpop gue udah nggak seindah dulu lagi". Gue yang mengikutinya hampir 7 tahun lamanya dan gue menyadari banyak perkembangan yang terjadi. Dan gue sampai ditahap ini. Gue menyuarakan itu pada teman seperkpopan gue sejak awal dan dia pun mengatakan iya walau tak sepenuhnya. Sedih rasanya harus berada di posisi ini.

Kalau ada yang bertanya apa sih bedanya jadi Kpop Fans dulu dan Kpop Fans sekarang, jawaban gue beda...banget. Sebeda itu sampai rasanya gue mau murka lihat mereka yang semena-mena mengatur kehidupan idolnya. I mean, kalian pernah mikir nggak tentang perjuangan mereka untuk sampai ke puncak ini? Itu semua ga seinstan yang kalian pikir. Generasi sebelumnya lebih menghargai idolnya untuk melakukan apapun. Mungkin memang akan ada haters tapi ya hanya sebatas itu. Ucapannya juga ga kayak sampah yang kali ini gue lihat. Cek video The Hate Comments That Made Sulli Dead deh.

Kehidupan idola kalian itu nggak semudah yang kalian pikirkan. Mereka harus hidup dalam kepura-puraan seolah mereka baik-baik aja dibalik rasa sakitnya mereka karena cacian kalian. Mereka hidup dalam topeng mereka untuk bisa membuat kalian senang. Mereka menghibur kalian sementara mereka pun butuh hiburan. Bisa nggak sih kalian itu nggak usah mengurus hal lain yang berhubungan sama kehidupan mereka sendiri. Kalau nggak suka, ya udah pergi dari lingkaran hidup dia. Jangan datang hanya untuk jadi toxic yang pada akhirnya kalian merebut nyawa dia.

Dari postingan gue tentang kematian Jonghyun pun, gue udah bilang ke kalian, mental illness itu bukan sesuatu yang main-main. Orang yang kelihatan normal dan hidup dengan menyembunyikan keadaan mereka lebih berpotensi untuk memilih jalan pintas untuk mati. Apalagi Sulli Eonnie yang sudah mempunyai depresi. Kenapa harus mengulang luka yang sama lagi? Kenapa kalian nggak belajar dari para shawol yang kehilangan idol mereka? Kenapa harus ada kejadian lainnya seperti ini? Kalian dan jari kalian lah yang membuat mereka berada dalam keadaan parah ini. Please, mulai sekarang, hargai idol kalian. Hargai privacy mereka, keputusan mereka dan kemampuan mereka. Kalau memang kamu nggak bisa dukung mereka, lebih baik diam dan menjauh. Tak perlu mengusik hidup mereka dan jadi haters. Apa untungnya sih jadi haters? Dapat apa kalian dari 'membenci orang'?

Perpisahan yang paling menyakitkan adalah kehilangan orang yang kamu sayangi selama-lamanya. Dan jangan sampai karena egoisnya kalian, idol kalian pun akan mengalami hal itu. Bukan gue mendoakan tapi bersikaplah yang bijaksana. Suka mereka seadanya, sayangi mereka secukupnya, hargai mereka apa adanya, dan kalaupun ada yang mau membenci, benci mereka secukupnya. Ga usah sampai melontarkan kalimat sampah, yah. Dunia ini udah buruk, jangan sampai orang-orang baik kayak kalian menjadi buruk hanya karena menjadi seorang haters.

For the last,
Rest in Peace, Eonnie!
You did well!
I love you!

Rabu, 02 Oktober 2019

REVIEW LAGU "Climax" Team B WIN: Who is Next

Annyeonghaseyo, chingeudul!!
Selamat datang di blog ini, silakan nikmati apapun yang gue buat tulus dari hati selama masa-masa pengangguran gue. Buat yang pernah mengunjugi atau nongol di blog ini, terimakasih telah meluangkan waktu untuk membaca celoteh tak penting yang selalu gue lontarkan. Maklum, gue hanya ingin berbagi dengan kalian tentang apa yang menurut gue juga pasti akan membuat kalian tertarik.

Hari ini, gue balik dengan maksud dan tujuan untuk mereview sebuah lagu berjudul "Climax" yang entahh sejak kapan membuat gue selalu candu untuk mendengarnya. Sebenarnya banyak lagu yang ingin gue rekomendasikan sih. Jadi gue harap kalian mau staytune di sini dan nilai apakah yang gue bilang bener atau nggak. Ini tergantung selera sih, tapi untuk yang satu selera sama gue, pasti bakalan suka /ga juga guoblok/

Lagu ini pertama kali diperdengarkan melalui acara survival yang dibuat oleh salah satu agensi terkenal di Korea, YG Entertainment berjudul WIN; Who is Next. Acara ini menjadi awal dari mimpi 11 orang trainee yang berjuang untuk mendapatkan nama sebagai WINNER. 11 orang dibagi menjadi dua kelompok yaitu Team A dan Team B. Dan lagu ini adalah milik Team B. Gue sajiin nih video beserta lirik. (Awas baper! Kalau baper jangan salahi gue.).


LIRIK LAGU "CLIMAX" - TEAM B WIN

Eoje nae kkume nawatji
Deo neulkeojin moseubhagoseon
Nan mot alabwatji
Museoweosseo ige hyeonsil-i dwil geotman gataseo
Ddeo nagi jeon-e pumsok-eseo yaksokhaesseo janha
Jib han chae jieonohgo naega gidarindaet janha
Wae neulkeumyeon neuleotji deo areumdabge neulkeoso
Saram mot alaboge hae jitgucheun uri eomma
Michidorok bogosipeodo mot bwatji naye sarang
Eodi gaseo dangdanghage malhae geudaega naye jarang
Geudae miso damgin sajin nae seulpeum gareuneun kalnal
Majungna galke jeil ganjeolhan sarama

Namgyeojyeotdeon nae baljagukdeuli
Oneul bam naege dagaogil
Dalryeo-oni sungan kkeut-e
No limit gon touch the sky
Kkumkweo watdeon nareul wihae
Oneul bameneun throw it away
Dalryeo-oni sungan kkeut-e
No limit gon touch the sky
No limit gon touch the sky
touch the sky
touch the sky

Cheongchuneul bachyeoseo maenbalro dalryeowatdeon samnyeon uh
Gajukgwa chingudeulgwaye musimhan annyeong uh
Naeli neul bulanhaetdeon harureul salmnyeonseo
Nal mideura malhaetji kkok seonggong hagetdamyeo uh
Honjaga anin daseot myeongye insaengeul
Eokke-e da jireojigo chajadanyeotji gihwireul
Beotil subaekk-e eobseosseo manheun budamgwa silddaereul
Ijeneun bicheul bogopaseo geoleotji miraereul uh
Sini naege oleotji neo huhwi anagetnyago
Mangseolim eobsi daedabhae wae huhwihagetnyago
I mudae dwi-e namneun geon ama seonggong animyeon nag-o
Mudeungeol geoleotgo daeumeun eobseo
Namdareul subaekk-e obneun nae gak-o

Jigeumi naye majimak iraedo nan
Noraehae huhwi eobge nan noraehae norae
Yeah, we flyin' oneul bam
flyin' oneul bam flyin' oneul bam flyin'

Namgyeojyeotdeon nae baljagukdeuli
Oneul bam naege dagaogil
Dalryeo-oni sungan kkeut-e
No limit gon touch the sky
Kkumkweo watdeon nareul wihae
Oneul bameneun throw it away
Dalryeo-oni sungan kkeut-e
No limit gon touch the sky
No limit gon touch the sky
touch the sky
touch the sky

Seuchyeo gatdeon sigan sok-e
Gieokdeuli noraega dwi-eo
I sungan-en da
Touch the sky


Bagaimana, guys? Sedih, nggak?

Awal gue mendengar lagu ini sebenarnya udah lama banget. Sejak gue terjebak di salah satu mobil teman gue dan diperkenalkan dengan kelompok ini. Gue semakin suka dan jadi kecanduan untuk lihat tingkah mereka. Jujur, gue belum setertarik itu untuk lanjut ke tahap paling dalam, yaitu menonton video mereka. Lalu gue mulai penasaran sama liriknya sampai akhirnya gue ketemu sama video itu.

Hal yang pertama gue pikirkan adalah "Mereka sudah melakukan hal yang baik hingga saat ini" karena lirik terjemahan yang terbubuh di sana. Gue menikmati lagunya, mendalami setiap lirik terjemahan dan begitu bangga dengan hal tersebut. Sampai akhirnya, gue mendengarkan dan melihat rap B.I a.k.a Kim Hanbin dengan penuh konsentrasi. Kalian tahu? Sejak itu gue merasa bahwa ini yang disebut lagu bernyawa. Mereka dan setiap nada yang mereka ciptakan, mereka dan setiap lirik yang menggambarkan isi hati mereka, mereka dan setiap polesan makna yang ingin mereka sampaikan pada orang lain, tentang mereka dan keadaan mereka sesungguhnya. Ah, lebih tepatnya isi hati B.I sih. Gue tanpa sadar menitikkan air mata untuk pertama kalinya saat mendengarkan lagu /gue penganut paham dan mengerti lirik, tak pernah merasa sesedih ini. Sampai saat itu, gue memutuskan untuk ke kamar mandi karena harus menyembunyikan muka nangis gue ke keluarga gue. Bukan apa-apa, gue takut dibilang berlebihan. Hehehe...

Selain itu, gue suka dengan nada yang dibuat. Kayak mudah aja gitu masuk ke telinga. Seolah, yaelah kecantol banget gue. Lagunya easy listening sih. Kalau ga tahu maknanya sih bisa ngira ini lagu have fun aja tanpa tahu kalau sebenarnya lagu ini bercerita tentang enam orang yang ingin meraih mimpi tanpa mengenal batas apapun, mereka sudah berjuang dan kalau pun mereka gagal, mereka ga akan menyerah sama mimpi itu. Mereka tetap berusaha untuk jalan bersama sampai ada akhirnya. Iya, sedalam itu, makanya gue juga sesuka itu sama lagunya. Mereka membuat gue berani kembali bermimpi. Kesannya kayak, kalau gagal dan lo nyerah artinya itu bukan mimpi lo. Itu hanya sebatas ingin aja.

Intinya kalian patut mendengarkannya. Motivasi untuk semua orang agar semangat untuk meraih mimpi masing-masing.

Sabtu, 21 September 2019

REVIEW Drama Korea "Moment At Eighteen"

Halo semua!
Sesuai janji seperti minggu lalu yang udah gue bilang, gue bakalan mencoba untuk lebih rajin lagi mengisi blog ini biar nggak jadi sarang laba-laba ya. Hahaha...

Sesungguhnya isi hati gue nggak mencapai tahap baik-baik aja, tapi rasanya gue lebih milih untuk menulis dan mereview drama daripada gue galau untuk hal yang menurut gue nggak penting. Karena kalau gue malah egois, gue bakalan capek sendiri dan gue ga mau merasa capek /lah jadi curhat/ Hahaha..

Oke, balik ke topik.

Nah, gini temen-temen, gue punya rencana buat review drama on-going (Buat orang yang suka nonton on-going, mungkin ini bisa jadi rujukan, tapi nggak sepenuhnya) karena ternyata kalau mau review drama yang udah selesai dan masih pada tahun 2019, rasanya kok ya ndak enak. Gue mau review drama yang sejak awal menarik perhatian gue deh dan sedang on-going (masih rencana, teman-teman, jangan percaya sama omongan gue). Dan kali ini, gue mau bahas salah satu drama korea yang baru aja habis beberapa minggu yang lalu /maksudnya tamat, wkwkkw/ yang berjudul "At Eighteen". Check this out~

Moment at Eighteen


Detail K-Drama Moment at Eigtheen

Judul : Moment at Eighteen
Genre : Drama, Romance
Episode : 16
Sutradara : Sim Na-Yeon
Penulis Naskah : Yoon Kyung-Ah
Ditayangkan pada 22 Juli 2019, setiap hari Senin dan Selasa pukul 21.30 KST

Sinopsis Drama Moment at Eighteen
Drama ini berpusat pada orang-orang muda yang berusia 18 tahun, mulai dari kisah pertemanan, persahabatan dan cinta. Choi Joon-Woo yang diperankan oleh Ong Seong-Wu berusia 18 tahun dan dia telah terbiasa kesepian. Dia tidak pandai mengekspresikan emosinya, tetapi dia memiliki sisi imut.

Dia pindah ke sekolah baru tempat dia bertemu Yoo Soo-Bin yang diperankan oleh Kim Hyang-Gi. Dia adalah murid top, tetapi hidupnya dikendalikan oleh ibunya. Yoo Soo-Bin bermimpi menjadi mandiri. Setelah bertemu Choi Joon-Woo, dia mengalami perubahan kecil dalam hidupnya.

Sementara itu, Ma Whi-Young (Shin Seung-Ho) adalah siswa yang tampak sempurna dan lembut, tetapi ia menderita kompleks. Dia bertindak seperti orang yang kuat, tetapi dia benar-benar anak laki-laki berusia 18 tahun yang pemalu. Setelah Choi Joon-Woo pindah ke sekolahnya, hidupnya mulai berubah.

Daftar Pemain Moment at Eighteen
Ong Sung Woo as Choi Joon Woo
Kim Hyang Gi as Yoo Soo Bin
Shin Seung Ho as Ma Wi Young
Kang Ki Young as Oh Han Kyul
Shim Yi Young as Lee Yeon Woo
Kim Sun Young as Soo Bin's Mother
Park Sung Geun as vice-principal
Sung Ki Yoon as Wi Young's father
Jung Young Joo as Wi Young's mother
Choi  Dae Hoon as mathematics lecturer
Kim Ka Hee as Moon Chan Yul
Yoo In Soo as Yoo Pil Sang
Moon Joo Yun as Yoon So Ye
Han Sung Mi as Hwang Ro Mi
Moon Bin as Jung Oh Je
Kim Do Wan as Jo Sang Hoon
Lee Seung Il as Joo Hyun Jang

Bagi gue, nonton drama ini kayak nonton mimpi gue secara langsung. Iya, bayangi dulu waktu semasa gue masih disebut bayik sama temen-temen gue, gue pernah bermimpi akan menjalani masa indah pacaran saat umur 18 tahun. Kenalan sama cinta pertama, berteman baik dan dia tahu siapa orang yang mempunyai nama sepanjang rel kereta api. Dan gue merasa bersyukur.

Untuk gue sendiri, drama ini ga buat gue muntah sih. Kadarnya masih normal sih bahkan biasa aja tapi tetep bisa buat kita senyum-senyum. Bukan hanya masalah percintaan yang pelik, masalah persahabatan pun begitu. Karena sesungguhnya ketika umur 18 tahun, kita mulai belajar untuk mendapatkan semuanya. Rasa pada lawan jenis, menghargai sahabatmu, mulai percaya pada orang lain, menggantungkan harapan pada mimpimu dan banyak hal lainnya. Sayangnya, ga semua orang melalui masa-masa 18 tahun itu dengan baik. Sama dengan drama ini. Banyak hal yang ga sesuai sama ekspektasi terjadi saat itu memulai usia menuju dewasa. Kita belajar untuk memahami orang lain, dianggap sudah bisa mandiri dan banyak hal lainnya.

Gue suka semua ceritanya. Seolah ia pintar untuk mengaitkan satu sama lainnya. Apalagi ada plot twist yang sengaja sepertinya dibuat di sana. Kayak, sebenarnya orang akan mengira bahwa Oh Je itu sukanya sama Ro Mi padahal nyatanya? (Nyes hati adek, bang waktu tahu kalau abang begitu :(((). Tapi balik lagi, ga ada drama yang bener-bener sempurna di dunia ini. Pasti ada aja yang mengganjal ke permukaan, seperti :
1. Setelah masa-masa sulit yang menimpa si Wi Young, orang tua nya ke mana? I mean, masa orang tuanya ndak ditunjukkan akhirnya begimana? Ya kali hanya si Wi Young aja yang kena getah dari semua perbuatan orang tua nya?
2. Kejelasan tentang hubungan orang tua nya Soo Bin itu ya apa? Jadi cerai kan ya? Gue harap si iya.
3. Alasan kenapa orang tua Joon Woo cerai apa? Gue kelewatan kah? Atau gimana?

Selebihnya gue masih bisa menerima dengan lapang dada semua kondisi dan situasi dari drama itu, termasuk hubungan Kwon Da Heen dan Jung Oh Je. Kenapa sih Oh Je harus gay? Padahal mereka cocok. Eww~

Sekian~
Sampai jumpa lagi~

Sabtu, 14 September 2019

REVIEW Drama Korea "Doctor John"

Annyeonghaseyo!!
I'm back, chingu-yaaa.

Setelah berhibenarnasi selama berbulan-bulan dan menghabiskan masa kesepian gue hanya dengan mengerjakan skripsi dan tugas negara, akhirnya gue bebas. Hari ini dan seterusnya (jika malas tidak menghalangi) gue akan mulai mikir untuk mengisi blog ini lagi. Bukan dengan sampah tapi dengan review-review an ndak penting yang sebenarnya ga ada faedahnya.

Check this yo!!


Sinopsis Drama Doctor John :
Drama korea "Doctor John" menceritakan tentang kehidupan medis yang berpusat pada sosok dokter dan juga obat pereda nyeri. Cha Yo-Han yang diperankan oleh Ji Sung adalah seorang dokter jenius dan profesor anestesiologi dan manajemen nyeri termuda.

Dia terlihat sombong, tapi dia jenius dalam pekerjaannya. Kang Si- Young (Lee Se-Young) juga seorang dokter anestesiologi yang bekerja dengan Cha Yo-Han. Ia cerdas, hangat, dan mendengarkan dengan cermat pasiennya. Seorang siswa top di sekolah kedokteran dan ibunya juga seorang dokter.

Orang-orang, dengan rasa sakit akut atau kronis misterius datang ke ruamh sakit. Di sana, Cha Yo-Han dan Kang Si Young mencoba mencari penyebab rasa sakit mereka.

Detail K-Drama Doctor John
Judul : Doctor John / Dagteolum
Genre : Drama, Medical
Episodes : 32
Sutradara : Jo Soo-Won
Penulis Naskah : Jo Soo-Won
Stasiun Channel : SBS
Di tanyangkan pada 19 Juli 2019, setiap hari Jumat dan Sabtu Pukul 22.00 KST

Daftar Pemain Doctor John :
Ji Sung as Cha Yo Han
Lee Se Young as Kang Si Young
Oh Seung Hyun as Min Joo Kyung
Lee Kyu Hyung as Son Suk Ki
Hwang Hee as Lee Yoo Joon
Kim Hye Eun as Tae Kyung
Shin Dong Mi as Chae Eun Jung
Jeon Noh Min as Kang Yi Soo
Uhm Hyo Sup as Kang Yi Moon
Jung In Ki as Jung Nam
Kwon Hwa Woon as Heo Joon
Jung Min Ah as Kang Mi Rae
Oh Won Joong as Kim Won Hee
Son San as Nurse Hong
Lee Yoo Mi as Nurse Na


Sebenarnya gue nggak terlalu suka sih dengan genre drama dan medical. Karena drama sebelum-sebelumnya kelihatan membosankan. Padahal beberapa drama medical itu bagi gue seru. Dan alasan gue tertarik untuk mengikuti drama ini sejak dia tayang perdana di korea adalah karena pemainnya. Sesungguhnya gue bukan termasuk orang yang akan melihat pemainnya dulu baru merasa tertarik untuk menonton, gue hanya melihat sinopsisnya lalu teasernya and then, gue nonton. (Balik lagi), ini karena genrenya begini makanya gue memilih untuk nggak dengan segera menjudge dong.

Entah gue suka sama Ajjushi Ji Sung atau memang karena aurora Beliau kuat banget, awal gue nonton teasernya, gue langsung exicted banget. Kayak apa ya? Wah, Beliau main lagi dong. Setelah drama terakhirnya yang gue tonton -Kill Me, Heal Me-, gue merasa ada dorongan kuat untuk menonton drama ini. Iya, Kill Me Heal Me adalah drama terakhir Beliau yang gue tonton karena Defendant tidak gue tonton dari awal.

Setelah alasan tak pasti itu, gue mulai nonton.

Pembukaan episode dimulai dengan kehidupan di penjara. Bagaimana dia menjalani kehidupan di penjara dan kerjaannya selama di penjara hingga akhirnya dia bertemu dengan dokter penjaga baru yang merupakan keponakan dari kepala penjara. Ga terlalu membosankan karena konflik yang diangkat dalam penjara juga lumayan menguras emosi. Gue suka ketika dia menjadi orang yang sangat misterius di sana. Dia dan kehidupannya yang selalu disalahpahami sama orang lain. Ada hal yang menarik perhatian, tentang dia yang sebenarnya CIPA. Gue merasa terkejut saat tahu bahwa Dokter Cha adalah pasien CIPA. Dan setelah dia membawa si pasien Gi Seok ke dalam ruangannya, gue baru ngeh kalau dia juga CIPA karena orang tuanya juga CIPA. Detik-detik itu juga, gue merasa bahwa drama ini plot twist banget. Segala printilan teka-teki dibuat semenarik mungkin. Tentang mengapa dia malpraktek, kenapa Si Young begitu ingin menghilang dan kondisi pemain lainnya.

Menariknya, gue pikir Dokter Lee ini suka sama Si Yong ternyata eh ternyata dia justru sukanya sama Mi Rae, adiknya Si Yong. Proporsi yang pas ketika kebetulan si Yo Han juga suka sama Si Yong. Klise tapi ga seklise biasanya. Kayak cinta seberapa gitu. Ternyata proporsinya pas dengan keadaan masing-masing.

Walaupun gue merasa suka-suka aja dengan drama satu ini, tetap ada beberapa yang mengganjal.
1. Kenapa Si Yong dikatakan malpraktek? Kondisinya gue belum dapat sama sekali. Bahkan terlalu abu-abu. Atau gue yang melewatkan sesuatu? Apa karena ayahnya? Tapikan Ayahnya tuh emang kondisinya udah parah. Dan posisinya mereka tidak membicarakan ayahnya, kan saat itu?
2. Endingnya yang sedikit membuat gue bingung dan 'Ha? Begini doang?'. Ya, bersyukur karena penelitian si Yo Han akhirnya kelar dan dia bisa membantu pasien CIPA (btw, ini juga nggak terlalu dijelaskan dan gue beneran bingung), tapi kenapa endingnya begitu. Ya, begitu. Hahahahha...
3. Hubungan Kang Mi Rae dan Lee Yoo Joon ini gimana? Cincin tuh maksudnya apa? Tunangan atau dah nikah? Hayo...
Dan beberapa lainnya.

Tapi tetap sih, gue rekomendasi buat kalian untuk tonton drama ini. Ternyata genrenya harus ditambahi tuh, bukan hanya drama dan medical tapi romance juga. Romancenya tuh nggak yang mengarah pada pasangan, tapi tentang keluarga, persahabatan, persaudaraan itu tuh dapet banget. Gue merasa belajar banyak hal. Dan nggak semua dalam cerita ini isinya bawang merah ya. Mungkin kebanyakan bawang merah karena genrenya beneran drama wkwk

Wajib nonton gais, apalagi ada Ji Sung Ajjushinya. Pasti nggak nyesel. Yey...

Jumat, 19 April 2019

Review Film Indonesia "Dancing in the Rain"



Sutradara                   : Rudi Aryanto
Produser                    : Sukhdev Singh dan Wicky V. Olindo
Penulis                       : Sukhdev Singh; Tisa TS
Perusahaan Produksi : Screenplay Films; Legacy Pictures
Tanggal Rilis             : 18 Oktober 2018
Pemeran                    :
Dimas Anggara as Banyu
Gilang Olivier as Banyu kecil
Bunga Zainal as Kinara
Greesella Adhalia as Kinara kecil
Deva Mahenra as Radin
Joshue Rundengan as Radin kecil
Christine Hakim as Eyang Uti
Niniek L. Karim as Eyang Widya
Djenar Maesa Ayu as Katrin
Dolly Martin as Ayah Kinara
Keke Soeryo as Ibu Kinara
Qory Sandioriva as Ibu Guru Banyu
Ayu Dyah Pasha as Psikolog

Sinopsis :
Eyang Uti memiliki cucu yang sangat disayanginya yang bernama Banyu. Sejak kecil Banyu dititipkan padanya karena kedua orang tuanya tak mampu mengurusnya. Saat Banyu memasuki usia sekolah, Eyang Uti dihadapkan pada kenyataan bahwa Banyu mengidap spectrum autis dan menyebabkan Banyu sulit berinteraksi dengan lingkungannya.

Kemudian muncul Radin, anak baru di komplek yang selalu membela Banyu saat di-bully. Dan setelah itu kehadiran Kinara membuat indahnya persahabatan mereka semakin lengkap. Hingga dewasa, ketiganya tetap bersahabat, benih cinta tumbuh antara Radin dan Kinara.

Masalah mulai hadir ketika Mama Radit, yang tak menyukai putranya berteman dengan Banyu, suatu ketika berhasil menfitnah Banyu, seolah Banyu mencelakakannya. Radin yang salah paham menjadi sangat marah dan meninggalkan Banyu.

Review :
Dancing in the Rain merupakan film Indonesia dengan genre drama yang disutradarai oleh Rudi Aryanto mengangkat cerita bertemakan psikologi. Film ini cocok untuk siapapun yang merasa bahwa menjadi cacat itu salah. Atau bagi orang yang memandang bahwa spectrum autis itu buruk. Sementara nyatanya bukan seperti itu. Selain itu, Film ini mengajarkan orang untuk sadar akan keadaan yang terjadi di masalahnya.

Awal pembukaan Film dimulai dari Eyang Uti yang memutuskan untuk merawat cucunya sendiri dikarenakan kedua orang tua nya yang tidak ingin merawat anaknya. Eyang Uti yang pada akhirnya mengetahui bahwa cucu satu-satunya memiliki kelainan mental berkat observasi yang dilakukan oleh guru cucunya yang bernama Banyu.

Banyu punya kebiasaan yang terus dilakukan secara berulang-ulang kali tanpa melewatkan satu hal pun itu merupakan ciri dari spectrum autis. Untung saja, Eyang Uti segera mengetahuinya sehingga bisa mengantisipasinya. Walaupun begitu, Eyang Uti tetap mengajarkan Banyu layaknya manusia normal lainnya. Ia diijinkan untuk berkeliaran dan mencari teman di luar rumah.

Hal ini tentu tidak berjalan mulus. Banyu sering diolok-olok oleh teman-temannya. Pernah sekali Banyu mencoba untuk bermain di luar rumah. Kelompok anak-anak yang bermain sepak bola merasa diabaikan sewaktu bola milik mereka ada di hadapan Banyu. Sekelompok anak-anak tersebut lalu mengganggu Banyu dan mengakibatkan pertengkaran. Untung ada Radit yang membela Banyu. Hingga akhirnya mereka berteman baik. Ah, ada sosok Kirana yang kian menyempurnakan persahabatan mereka.

Sebenarnya, cerita ini termasuk konten yang ringan. Nggak ada hal berat yang diangkat selain mungkin bagaimana pandangan tentang orang yang memiliki cacat. Selain itu, sejujurnya para pemain dalam film ini juga sukses dalam mendalami karakter mereka. Seperti Dimas Anggara dan Gilang Olivier yang sesungguhnya untuk memerankan seorang anak yang autis tidak lah mudah. Kehadiran sosok Joshue Rundengan dan Deva Mahendra juga menambah bumbu cerita ini. Mereka mengajarkan untuk tidak sepele dengan orang yang cacat mental atau tidak memandang mereka sebelah mata. Hal ini yang jarang bisa diterima oleh masyarakat. Jangankan masyarakat, bahkan keluarga sendiri pun lebih sering untuk mengabaikan mereka daripada mendukung mereka dan memanusiakan mereka.

Bertemakan keluarga dan persahabatan dan menggambarkan bagaimana pengorbanan dari orang yang kita anggap tidak pantas untuk berteman dengan kita adalah inti dari segala ceritanya. Tidak heran jika film ini patut untuk direkomendasikan. Jika ditanya nilai, secara pribadi gue memberik 8/10. Gue merasa segalanya sudah pas.

Cocok untuk kalian yang memang sangat mencintai film Indonesia bertemakan keluarga.

See you soon, guys!

Review Novel : Serangkai Karya Valerie Patkar

  Review “Serangkai” Karya Valerie Patkar   Judul : Serangkai Penulis : Valerie Patkar No. ISBN : 97862304029876 Penerbit : Bhuana...